Unhas Speak Up

Berteduh di Rumah Cahaya, Kiprah Ibu-Ibu BKMT Unhas Merawat Ruhani di Tengah Kesibukan Akademik

UNHAS.TV - Di balik hiruk-pikuk akademik Universitas Hasanuddin (Unhas), terdapat sebuah ruang sunyi yang tidak hanya menyemai doa, tapi juga merawat jiwa. Ruang itu bernama BKMT Unhas—Badan Kontak Majelis Taklim.

Selama 23 tahun, lembaga ini tumbuh menjadi pelita rohani di tengah kesibukan kampus. Bukan sekadar tempat pengajian, tapi rumah kedua bagi para perempuan yang ingin menyeimbangkan dunia dan akhirat.

Salah satu perempuan di BKMT itu adalah Eminita Sumbangan Baja. Ia tak pernah menyangka perjalanan spiritualnya akan membawanya ke pucuk kepemimpinan BKMT.

“Saya sempat menangis ketika diminta menjadi ketua,” kenangnya. “Bukan karena takut lelah, tapi karena sadar betapa beratnya tanggung jawab ini di hadapan Tuhan.”

Tahun 2023 menjadi titik balik. Dalam sebuah rapat yang tak direncanakan, Eminita dikukuhkan sebagai ketua secara aklamasi.

Dukungan mengalir deras dari rekan-rekan sejawatnya, para istri dosen, pegawai, dan anggota Dharma Wanita. “Kami tidak akan meninggalkan Ibu. Kita akan jalankan ini bersama-sama,” ujar mereka ditirukan Eminita dalam program siniar Unhas Speak Up, Selasa (6/5/2025).

BKMT Unhas memang lahir dari semangat kebersamaan. Didirikan oleh para perempuan di lingkungan kampus, lembaga ini sejak awal menjadi oase batin bagi mereka yang mencari kedamaian dalam rutinitas akademik yang ketat.

Anggotanya kini berjumlah lebih dari 150 orang, dengan kepengurusan yang terdiri atas 99 orang—angka yang disebut-sebut seindah Asmaul Husna.

Struktur organisasinya mengandalkan sembilan wakil ketua, masing-masing membawahi bidang seperti dakwah, pendidikan, sosial-kemasyarakatan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, hingga hubungan masyarakat.

Program unggulannya tetap sama sejak awal: pengajian rutin. “Pengajian itu bukan hanya tempat menambah ilmu, tapi juga terapi jiwa,” kata teman hidup Sekretaris Universitas (Sekun) Prof Sumbangan Baja ini.

“Setelah zikir bersama, rasanya plong. Seperti bayi baru lahir.” Setiap sesi selalu dinantikan. Bahkan, para anggota yang sibuk kerap datang meski hanya 15 menit. “Itu sudah cukup menenangkan hati,” lanjutnya.

Dalam satu dekade terakhir, BKMT tak hanya aktif di ruang-ruang masjid kampus. Mereka juga terjun ke masyarakat. Saat banjir melanda, mereka menggelar bakti sosial.

Dalam bulan-bulan sunyi pandemi, mereka tetap menyapa lewat doa bersama secara daring. Kini, kemitraan dengan lembaga lain seperti Bank Syariah Indonesia mulai dibangun demi memperluas manfaat.

Di tengah arus pragmatisme dunia kampus, keberadaan BKMT menjadi penyeimbang. Eminita percaya, ruang-ruang spiritual seperti ini bukan hanya penting, tapi esensial. “Kalau ruhani kita sehat, kerja kita pun akan berkah,” ujarnya.

Tak ada target muluk. BKMT hanya ingin tetap hidup, tetap hadir, dan tetap menjadi tempat berteduh. Tempat di mana perempuan-perempuan kampus—di sela tugas rumah dan tanggung jawab profesi—bisa sejenak menarik napas, menunduk khusyuk, lalu kembali kuat. (*)