Kesehatan
Terkini
Unhas Sehat

Coto, Konro, Kolesterol, dan Pentingnya Mengelola Nafsu Makan di Hari Raya Kurban

UNHAS.TV - Di dapur rumahnya di kawasan Perumnas Antang, Kecamatan Manggala, Makassar, Sitti Khadijah, 47 tahun, tampak sibuk memotong daging kurban yang baru saja dibagikan saat Lebaran Idual Adha 1446 Hijriah, Jumat (6/6/2025) lalu. 

Potongan daging itu sebagian akan diolah menjadi coto Makassar, sebagian lain dibumbui untuk sate dan sisanya direncanakan menjadi rendang. “Ini tradisi, dari dulu tiap Idul Adha kita pasti masak begini,” katanya sambil tersenyum.

Idul Adha memang tak hanya soal berkurban. Perayaan ini, di banyak rumah di Makassar dan berbagai kota lain, kerap menjadi ajang pesta daging.

Dalam dua hingga tiga hari berturut-turut, konsumsi daging melonjak tajam. Tak jarang, menu makan pagi, siang, dan malam terdiri dari hidangan berbahan daging merah.

Namun di balik aroma sedap dari panci coto dan sate yang mengepul di panggangan, tersembunyi risiko yang kerap luput dari perhatian: konsumsi daging berlebihan yang bisa berujung gangguan kesehatan.

“Coto itu baik-baik saja, tapi kalau sehari sampai tiga kali makan coto, itu bisa berdampak buruk bagi tubuh, terutama bisa memicu kolesterol,” ujar dosen gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Dr Abdul Salam SKM MKes.

Menurut Abdul Salam, tidak ada larangan mutlak dalam mengonsumsi daging merah, selama dilakukan secara bijak.

Daging sapi dan kambing mengandung protein tinggi, zat besi, serta senyawa hem yang penting untuk membentuk sel darah merah.

Namun, konsumsi berlebihan—terutama jika diolah dengan banyak minyak, garam, dan santan pekat—dapat menjadi bom waktu bagi tubuh.

“Yang harus ditekankan adalah tidak dalam jumlah berlebih. Kita juga perlu hati-hati dengan jeroan. Kalau ada riwayat hipertensi atau kolesterol, sebaiknya tidak usah terlalu sering makan jeroan,” tegas Salam.

Rata-rata Menerima 2 Kg Daging

>> Baca Selanjutnya