Kesehatan
Terkini
Unhas Sehat

Coto, Konro, Kolesterol, dan Pentingnya Mengelola Nafsu Makan di Hari Raya Kurban




Coto Makassar, salah satu menu masakan trasidional berbahan daging. (shutter stock)


Dalam liputan lapangan yang dilakukan Unhas.TV, di beberapa titik pembagian kurban di Kota Makassar, rata-rata setiap keluarga menerima antara 2 hingga 5 kilogram daging kurban.

“Biasanya kami simpan di kulkas untuk diolah tiga hari ke depan. Bisa-bisa sarapan sampai malam isinya daging semua,” kata Dg Kanang, warga sekitar Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea.

Jika konsumsi daging berlebih, klinik-klinik kesehatan di beberapa puskesmas dan layanan praktik umum bisa jadi akan menerima keluhan yang sama selepas Idul Adha. Seperti perut kembung, mual, hingga peningkatan tekanan darah dan kolesterol.

Abdul Salam menjelaskan bahwa gejala seperti rasa enek dan tidak nyaman di perut merupakan sinyal dari tubuh bahwa asupan lemak dan protein sudah melewati ambang toleransi.

Ia menyarankan agar konsumsi daging diimbangi dengan makanan berserat tinggi seperti lalapan, tomat, timun, serta buah-buahan. Serat membantu membersihkan kelebihan lemak dan kolesterol dari sistem pencernaan.

“Kalau tubuh mulai merasa enek, itu artinya sudah cukup. Jangan dipaksakan. Harus ada sayur untuk menyeimbangkan,” tambahnya.

Namun, kesadaran untuk membatasi konsumsi daging masih rendah. Sebagian besar masyarakat melihat momen Idul Adha sebagai satu-satunya waktu dalam setahun di mana daging tersedia dalam jumlah melimpah tanpa harus membeli.

Hal ini diperparah dengan minimnya edukasi soal kesehatan gizi yang bisa menjangkau masyarakat secara langsung.

Idul Adha sejatinya bukan hanya tentang pesta daging. Esensi pengorbanan dan semangat berbagi hendaknya tidak terdistorsi oleh euforia konsumsi.

Justru momen ini dapat menjadi pengingat akan pentingnya menjaga tubuh yang sehat agar dapat terus beribadah dan berbagi dengan sesama. “Mengonsumsi secara cerdas, tidak berlebih, itu juga bagian dari ibadah,” tutup Abdul Salam.

Dalam suasana lebaran daging ini, semangkuk coto memang bisa menyatukan keluarga di meja makan. Namun, menjaga batas porsi dan menyeimbangkannya dengan sayuran—adalah bentuk kurban kecil kita demi kesehatan yang lebih besar.

(Rahma Humairah / Unhas.TV)