Opini
Unhas Figure

Dahlan Dahi: Dari Ilmu Politik Unhas Hingga Dewan Pers





Dari media lokal ke media nasional, dari koran ke digital, dari jurnalis ke konseptor, Dahlan melangkah jauh. Dia menjadi CEO Tribunnews yang mengepalai lebih dari 60 webnews dan print. 

Tugasnya juga kian bertambah. Di grup Kompas, dia mengepalai berbagai platform digital: dari Grid.id yang membidik anak muda urban, hingga Bolasport.com yang menghidupkan kembali semangat Tabloid Bola dalam format baru.

Sebagai Chief Digital Officer, dia memimpin semua lini digital Kompas Gramedia, termasuk Kompas TV dan semua platform digital. Portal yang dipimpinnya sukses bukan hanya karena strategi algoritma, tapi karena ia tahu siapa yang hendak diajak bicara.

Saat saya bertemu lagi dengannya di Hotel Claro, Makassar, beberapa tahun, saya sempat bertanya, “Apa rahasia Tribunnews bisa jadi situs berita nomor satu di Indonesia?”

Dia tersenyum sebentar, lalu menjawab pelan, “Yusran, kamu pasti masih ingat betapa dulu kita dianggap cuma bayangan Kompas. Kita cuma pelengkap. Tapi hari ini, kita jadi yang paling ditunggu. Yang dulu mengejek, sekarang meminta ruang.”

Kalimat itu bukan kesombongan. Itu pengingat bahwa konsistensi, keberanian mencoba hal baru, dan komitmen pada pembaca bisa mengubah nasib siapa pun.

Kini, ketika namanya masuk ke dalam jajaran Dewan Pers, ia tidak lagi hanya mengurus satu redaksi, tapi ikut memikirkan masa depan ekosistem jurnalisme Indonesia. Dari Makassar, ia melangkah ke Jakarta, dari kampus Ilmu Politik yang tak ia tamatkan, ia menyusun strategi digital media terbesar di negeri ini.

Di mata saya, Dahlan bukan hanya manajer media. Ia adalah pelintas zaman. Seorang jurnalis yang menyulap keterbatasan menjadi kekuatan. Seorang pemimpin yang tak hanya memberi perintah, tapi memberi contoh. Seorang pendengar yang menjadikan keresahan publik sebagai kompasnya.

Joseph Pulitzer pernah berkata: “Journalism is not just about ideals. It’s also about circulation, advertising, and independence.” Dahlan tampaknya sudah memahami itu sejak awal. Ia menjaga idealisme, tapi sukses meraup profit untuk keberlangsungan media. 

Ia menjadikan jurnalisme sebagai jalan pulang bagi suara publik. Dan ia, pada akhirnya, membuktikan bahwa dari pojok Sulawesi pun, seseorang bisa mengubah wajah media nasional.

*Penulis adalah blogger, peneliti, dan Digital Strategist. Alumni Unhas, UI, dan Ohio University. Kini tinggal di Bogor, Jawa Barat