News
Sport

Dari Moyes Menuju Amorim: Melayang Rp1,6 Triliun, Harga Mahal Kursi Panas di Old Trafford



Alex Fergusson saat mengangkat tropi bersama MU hingga musim 2013. (screenshot the sun)


Kini, Ruben Amorim menjadi sorotan. Didatangkan dari Sporting Lisbon dengan biaya kompensasi sekitar £11 juta, pria 40 tahun itu diharapkan menjadi arsitek kebangkitan United. Namun, hasil di lapangan belum sepadan.

Musim lalu, United mencatat rekor buruk dengan finish di posisi ke-15 Liga Primer. Musim ini, alih-alih bangkit, mereka justru tertahan di peringkat ke-14 setelah kalah tiga kali dari enam pertandingan awal.

Dari total 33 laga Premier League yang dipimpin Amorim, hanya sembilan kemenangan yang diraih dengan tiga di antaranya bahkan melawan tim yang akhirnya terdegradasi.

Dengan kontrak yang masih berlaku hingga 2027, memutus kerja sama dengan Amorim diperkirakan bakal menelan biaya sekitar £12 juta.

Angka itu akan membuat total pengeluaran kompensasi United melampaui £80 juta hanya dalam satu dekade lebih sedikit. Meski begitu, sumber internal klub menegaskan posisi Amorim masih aman, setidaknya untuk saat ini.

Tidak ada daftar pengganti yang tengah dipersiapkan, dan manajemen ingin memberi waktu bagi Amorim untuk membuktikan diri. Pertandingan melawan Sunderland akhir pekan ini disebut-sebut menjadi salah satu ujian pentingnya.

Bukan Soal Uang, Tapi Reputasi

Untuk klub sebesar United, £70 juta bukanlah angka yang mengguncang neraca keuangan. Chelsea, misalnya, telah menghabiskan lebih dari £100 juta hanya untuk pergantian manajer sejak 2003.

Di sisi lain United sendiri terus mencatatkan rekor pendapatan, sebagian besar dari sektor komersial dan hak siar.

Namun, di balik stabilitas finansial itu, ada ancaman serius yakni reputasi. United kini identik dengan ketidakstabilan. Kegagalan membangun proyek jangka panjang dan seringnya “menekan tombol reset” justru menggerogoti fondasi klub.

Absennya mereka dari Liga Champions musim ini, usai kalah di final Liga Europa melawan Tottenham, hanya mempertegas krisis di lapangan.

Para suporter pun mulai resah. Loyalitas memang masih terjaga, tetapi kesabaran ada batasnya. Bagi sebagian fans, menggelontorkan puluhan juta pound hanya untuk memecat pelatih adalah tanda salah urus yang semakin menggerus kejayaan klub.

Jalan Panjang Kembali ke Puncak

Dalam 27 tahun masa kepemimpinan Ferguson, United meraih 13 gelar Liga Primer, dua Liga Champions, dan sederet trofi domestik lainnya. Stabilitas di kursi manajer kala itu menjadi fondasi utama kejayaan. Namun, sejak kepergian Ferguson, stabilitas itu lenyap.

Pergantian demi pergantian belum menghasilkan formula baru. Dari gaya pragmatis Mourinho, filosofi akademi ala Solskjaer, hingga taktik disiplin Ten Hag, semuanya gagal membawa United kembali ke puncak. Amorim, yang terkenal dengan gaya progresif di Portugal, kini menjadi taruhan terbaru.

Bagi manajemen United, keputusan memecat atau mempertahankan Amorim bukan sekadar soal uang. Ini tentang arah klub: melanjutkan siklus lama atau memberi kesempatan pada sebuah proyek untuk matang.

Yang pasti, setiap kali manajer dipanggil ke ruang direksi untuk mendengar kata “terima kasih dan selamat jalan”, klub harus siap mengeluarkan cek bernilai jutaan pound.

Untuk United, harga yang dibayar bukan hanya £70 juta. Lebih mahal dari itu adalah hilangnya identitas dan arah jelas, sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apa pun. (*)