MAKASSAR, UNHAS.TV – Peringatan Haul ke-21 Jenderal M. Jusuf pada Minggu (7/9/2025) di Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar menjadi momen penting untuk mengenang kembali warisan kepemimpinan yang telah ditinggalkan oleh salah satu tokoh besar Indonesia.
Dalam kegiatan yang juga dirangkai dengan diskusi publik bertajuk “Jejak Keteladanan Jenderal M. Jusuf dalam Kepemimpinan dan Pengabdian”, sejumlah tokoh akademisi dan masyarakat kembali menyoroti nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki oleh Jenderal M. Jusuf.
Diskusi tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk akademisi dari Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Amran Razak dan Ketua ICMI Sulsel Prof Dr Arismunandar yang turut mengungkapkan pandangannya tentang kontribusi besar yang telah diberikan oleh Jenderal M. Jusuf dalam bidang pembangunan industri di Indonesia.
Dalam pendangannya, Jenderal M. Jusuf adalah sosok pemimpin yang tidak hanya memiliki ketegasan dalam menjalankan tugas militer, tetapi juga visioner dalam memajukan sektor industri nasional, khususnya di wilayah Sulawesi Selatan.
Prof. Amran Razak menekankan bahwa di bawah kepemimpinan Jenderal M. Jusuf sebagai Menteri Perindustrian, Indonesia mengalami berbagai terobosan penting dalam dunia industri.
Contohnya seperti pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Kawasan Industri Makassar (KIMA), dan pengembangan pabrik Semen Tonasa.
"Selama beliau menjadi Menteri Perindustrian, banyak sekali yang sudah beliau lakukan. Misalnya PLTU, KIMA, Semen Tonasa. Setelah itu kan banyak menteri, tetapi tidak ada yang tahu apa yang diberikan kepada daerahnya,” ujar Prof. Amran.
Pernyataan ini menyoroti betapa besar kontribusi yang telah diberikan oleh Jenderal M. Jusuf dalam membangun infrastruktur ekonomi yang tidak hanya bermanfaat bagi sektor industri tetapi juga memberikan dampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat Sulawesi Selatan.
Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Jenderal M. Jusuf saat itu menjadi contoh nyata tentang bagaimana seorang pemimpin dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat.
Lebih jauh Prof. Amran juga mengungkapkan harapannya agar pemimpin masa kini, terutama dalam konteks politik nasional, dapat meniru gaya kepemimpinan Jenderal M. Jusuf.
“Kita berharap bahwa Pak Prabowo dapat banyak belajar dari tipe kepemimpinan Jenderal Yusuf. Apalagi di sekitar Pak Prabowo banyak tentara Bugis yang sejiwa dengan Jenderal Yusuf,” lanjutnya.
Pernyataan ini menyoroti pentingnya figur pemimpin yang memiliki nilai-nilai kebangsaan, keberpihakan kepada rakyat, dan ketegasan dalam mengambil keputusan.
Dalam konteks politik Indonesia saat ini, dimana muncul beragam tantangan dalam menjaga stabilitas dan kemajuan negara, kepemimpinan Jenderal M. Jusuf menjadi contoh yang masih sangat relevan untuk diterapkan oleh para pemimpin kontemporer.
Sementara itu, Ketua ICMI Sulawesi Selatan, Prof. Arismunandar, menambahkan bahwa salah satu tantangan besar dalam menghargai keteladanan Jenderal M. Jusuf adalah menginternalisasi nilai-nilai kepemimpinan beliau kepada generasi muda.
Terutama bagi generasi Z yang mungkin tidak terlalu mengenal sejarah kepahlawanan Indonesia, termasuk sosok Jenderal M. Jusuf.
“Menurut saya, nilai-nilai ketokohan tersebut harus diteruskan kepada generasi sekarang. Apalagi para Gen Z banyak yang tidak mengenal pahlawan lama mereka," ujar Rektor UNM periode 2008-2016 ini.
"Mereka hanya mengenal pahlawan-pahlawan modern melalui simbol-simbol animasi, video, dan media digital lainnya.
"Saatnya kita di Sulawesi Selatan memiliki museum atau perpustakaan yang isinya tentang ketokohan Pak Jenderal Yusuf dan tokoh-tokoh Sulawesi Selatan lainnya. Dengan demikian, anak-anak kita dapat belajar dari kearifan sejarah itu,” ungkap Prof. Arismunandar.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun generasi muda saat ini sangat dipengaruhi oleh budaya modern dan digital, penting bagi mereka untuk mengenal dan memahami nilai-nilai kepahlawanan yang telah dibangun oleh tokoh-tokoh besar seperti Jenderal M. Jusuf.
Dalam dunia yang semakin global, menjaga akar budaya dan nilai-nilai lokal menjadi kunci untuk membangun karakter bangsa yang kokoh.
Peringatan haul ke-21 Jenderal M. Jusuf ini bukan hanya sekadar mengenang sosok pahlawan. Diskusi ini juga membuka wacana tentang bagaimana menghidupkan kembali nilai-nilai kepemimpinan yang pernah ditunjukkan oleh Jenderal Yusuf, seperti ketegasan, kebangsaan, profesionalisme, dan kerakyatan.
Di tengah tantangan sosial dan politik yang semakin kompleks, keteladanan Jenderal Yusuf tetap relevan sebagai pedoman bagi para pemimpin masa depan Indonesia.
(Rahma Humairah / Unhas.TV)