Saintek

Drone Penabur Benih, Sumbangsih Unhas untuk Pertanian Indonesia

MAKASSAR, UNHAS.TV - Teknologi internet of things (IoT) telah membawa perubahan besar dalam berbagai sektor, termasuk pertanian. Saat ini, Kementerian Pertanian Republik Indonesia gencar mentransformasikan pertanian tradisional menuju pertanian modern melalui penerapan teknologi canggih. 

Salah satu inovasi yang tengah dikembangkan adalah drone penabur benih berbasis IoT, yang memberikan solusi efektif bagi petani di Indonesia. Inovasi ini diinisiasi oleh Dr. Eng. Ir. Andi Amijoyo Mochtar ST MSc, dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Hasanuddin, yang bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Unhas.

Drone penabur benih ini menggabungkan drone sebagai media dengan sistem IoT sebagai pengendali operasional. Menurut Amijoyo, sistem IoT memungkinkan drone beroperasi lebih efektif dan efisien. 

Proses penaburan benih dimulai dengan penentuan titik start dan tujuan melalui perangkat lunak autopilot. Setelah itu, luas lahan yang ingin ditaburi benih akan ditentukan, dan drone akan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk menyebarkan benih di lahan tersebut. Semua proses ini dikendalikan melalui sistem IoT yang memungkinkan pengendalian jarak jauh dan pemantauan real-time.

Drone tersebut mampu beroperasi dalam tiga mode autopilot: mode lingkaran (circle mode), zigzag, dan arah bebas. Dalam mode lingkaran, drone terbang melingkar dari titik awal menuju pusat sebelum kembali ke home.

Pada mode zigzag, drone bergerak ke kanan dan kiri secara berulang. Sementara pada mode arah bebas, drone bisa bergerak leluasa, tetapi menurut algoritma, drone tidak melewati jalur yang sudah dilalui sebelumnya.

Pada drone IoT ini, terdapat beberapa komponen kunci, termasuk mesin hexacopter atau quadcopter yang paling umum digunakan pada drone, baterai, serta mekanisme motor servo untuk membuka dan menutup pintu benih. 

Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan drone ini adalah kemampuan baterai. Masa terbang drone biasanya hanya 25-30 menit, sehingga pengembangan baterai yang lebih tahan lama menjadi fokus utama. Saat baterai mencapai kondisi low-batt, drone secara otomatis kembali ke titik awal menggunakan fitur return back. Selain itu, drone dilengkapi dengan sistem pemantauan data real-time yang memungkinkan pengguna mengetahui berapa lama lagi benih akan habis.

Selain dari sisi teknis, Amijoyo memaparkan, tantangan lain adalah pengembangan drone yang dapat memastikan jarak tanam benih sesuai dengan kebutuhan. Benih tidak hanya disebar di atas tanah, tetapi juga perlu ditanam dengan kedalaman yang tepat, memerlukan gravitasi tekanan udara (air pressure) agar benih tertancap di tanah. Hingga saat ini, drone masih dalam tahap pengembangan.

Keunggulan utama drone penabur benih berbasis IoT ini adalah efisiensi waktu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amijoyo dan tim, drone ini mampu menabur benih di lahan seluas 5.000 meter persegi hanya dalam waktu 5-6 menit. Hal ini sangat membantu petani, terutama yang memiliki lahan luas dan terkendala jarak. Dengan drone ini, petani tidak perlu hadir langsung di sawah atau ladang karena sistem autopilot dapat dioperasikan dari jarak jauh.

“Ini efektif, daripada kita naik gunung (lahan yang jauh), kita cukup mengoperasikan drone dari sini (titik start),” jelasnya.

Amijoyo mengungkapkan, penggunaan drone ini juga membantu mengatasi permasalahan keterbatasan tenaga kerja, yang mulai dirasakan di negara-negara maju seperti Cina dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi juga di Indonesia. Dengan inovasi ini, teknologi dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia dalam proses penanaman.

Pengembangan drone ini melibatkan mahasiswa S1 dan S2 Teknik Mesin Universitas Hasanuddin yang berperan aktif dalam penelitian dan pengembangan teknologi drone berbasis IoT. Amijoyo berharap penelitian ini dapat terus berkembang dan tidak berhenti hanya pada penaburan benih. Ke depann, dia bercita-cita menciptakan drone yang tidak hanya menabur, tetapi juga menanam benih secara otomatis.

Selain drone penabur benih, Dr Amijoyo juga sedang mengembangkan drone untuk keperluan lain, seperti painting drone, yang difokuskan pada pengecatan dan pembersihan dinding gedung-gedung tinggi. Inovasi ini akan diuji coba dalam waktu dekat, sebagai upaya memperluas cakupan teknologi drone di berbagai sektor.

“Yang sementara kami kerjakan juga painting drone, insyaallah dalam waktu dekat akan melakukan uji coba di Fakultas Teknik,” tegasnya.

Amijoyo melanjutkan, “Jika ke depannya pihak pemerintah atau swasta ada yang tertarik, kita bisa kembangkan bersama, karena bagaimanapun kan ini produk dalam negeri, produk lokal anak bangsa.”

Dukungan dari Universitas Hasanuddin, khususnya dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Hasanuddin, juga sangat penting dalam penelitian ini. Amijoyo berharap inovasi drone ini akan menarik minat berbagai pihak seperti pemerintah ataupun pihak swasta untuk bersama-sama mengembangkan teknologi ini lebih lanjut demi kemajuan sektor pertanian dan sektor-sektor lain di Indonesia.(*)


Rizka Fraja (Unhas TV)