MAKASSAR, UNHAS,TV - Produksi minyak kelapa sawit secara global menurun drastis dari 7 persen menjadi 1 persen yang dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan harga minyak kelapa sawit. Peningkatan harga ini diperkirakan akan melampaui harga minyak kedelai di tengah pasokan yang ketat.
Selain itu, peningkatan harga minyak kelapa sawit juga akan dipengaruhi oleh perubahan pola perilaku produsen yang mengarahkan sebagian besar produksinya di luar kepentingan rumah tangga yang membutuhkan banyak minyak goreng.
Ini karena minyak kelapa sawit dapat diubah menjadi bahan bakar biodiesel dan produk pembersih yang harganya di atas harga minyak goreng.
Direktur perusahaan barang konsumen India Godrej International, Dorab Mistry, menyebutkan, produksi minyak kelapa sawit global melambat karena Indonesia menggunakan lebih banyak produknya untuk membuat biodiesel.
"Minyak kelapa sawit tidak akan semurah itu lagi selama Indonesia tetap memprioritaskan biodiesel," ujarnya sebagaimana dikutip dari Reuters.
Data terbaru menunjukkan Indonesia meningkatkan campuran wajib minyak sawit ke dalam biodiesel menjadi 40 persen pada tahun ini, dan sedang mengupayakan meningkatkan menjadi 50 persen pada tahun 2026, serta campuran 3 persen untuk bahan bakar jet pada tahun depan sebagai upaya untuk mengekang impor bahan bakar.
Besarnya pengaruh Indonesia di tingkat global karena Indonesia bersama Malaysia adalah produsen terbesar minyak kelapa sawit. Dominasi mereka mulai terlihat sejak tahun 1980 dan makin menjadi-jadi karena produksi kedua negara ini selalu meningkat tiap tahun.
Hingga tahun 2025, produksi minyak kelapa sawit Indonesia dan Malaysia mencapai 81,75 juta ton. Namun, Malaysia mengalami hambatan karena tidak memiliki lahan baru dan upaya penanaman bibit baru mengalami perlambatan. Apalagi ada kendala baru terkait isu deforestasi.
"Malaysia melakukan penanaman kembali (replanted) seluas 114 ribu hektare atau hanya 2 persen dari jumlah lahan tanam tahun 2024. Angka ini jauh di bawah target 5 persen," kata Menteri Perkebunan Malaysia Johari Abdul Ghani.
Ketua Bidang Luar Negeri Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil Hasan juge menyebutkan Indonesia melakukan perlambatan penanaman kembali yang membuat produksi minyak kelapa sawit menurun 11.4 persen menjadi 3,42 ton per hektare selama sepuluh tahun terakhir.(*)