Internasional
Makassar
News
Sulsel

Farmers Goes to Campus: Petani dan Profesor Asing Belajar Bersama di Pertanian Unhas

PARE AMBO. Petani asal Toraja menunjukkan padi hitam lokal asal Toraja, yaitu Pare Ambo’ pada “Farmers Goes to Campus” di ajang the 5th FSSAT di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Rabu (29/10/2025). (dok rycam)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Petani tak selamanya ada di sawah atau ladang, begitu pula professor tak selalu mengajar di dalam ruang kuliah.

Keduanya bisa saling belajar di lapangan, pada sesi “Farmers Goes to Campus” dalam ajang the 5th FSSAT (Food Security Sustainable Agriculture in the Tropics) di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar. 

Bertempat di Fakultas Pertanian Unhas, berlangsung pertemuan international tahunan yang mempertemukan sejumlah pakar dan akademisi di bidang pertanian.

Sebanyak tujuh perwakilan negara, yakni Indonesia, Perancis, Saudi Arabia, Jerman, Taiwan, Inggris dan Sri Lanka hadir dalam acara yang berlangsung 29-30 Oktober 2025 itu.

Beragam tema dibahas, seperti keanekaragaman hayati, pertanian regeneratif, digitalisasi pertanian hingga pertanian rendah karbon.

Pembicara utama diwakili oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia, Dr Ir Andi Amran Sulaiman SP MSi dan Center Director of Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA) Dr Mercedita Sombilla

Kegiatan ini dibuka oleh Rektor Unhas Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc juga dihadiri oleh Dekan Fakultas Pertanian Unhas Prof Dr Ir Rismaneswati MSi dan Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Prof Dr Ir Salengke MSc.

Acara di hari pertama diwarnai oleh sejumlah diskusi dan pembahasan mengenai berbagai isu di bidang pertanian. Termasuk di dalamnya, pemaparan dari Dr. Silke Stöber, Project Leader RYCAM (Rural Youth Climate Action Movement) dari SLE Humboldt University Berlin, Jerman. 

Silke memaparkan tentang peranan petani muda mendorong pertanian rendah karbon lewat berbagai inovasi pertanian. “Pertemuan bersama petani di kampus ini  adalah momen penting untuk mendorong upaya belajar dan berbagi pengetahuan di tingkat praktik,” ujar Silke.

“Tidak hanya bermanfaat bagi petani muda, namun kegiatan ini akan menjadi teori perkuliahan dapat membumi dan diterapkan di lapangan,” tambahnya.

Bawa Hasil Usaha ke Kampus

Sementara itu, ajang belajar “Farmers Goes To Campus” berlangsung di hari kedua FSSAT dan menghadirkan sejumlah petani binaan RYCAM dari Jaringan Masyarakat Tani Indonesia (JAMTANI) dan Motivator Pembangunan Masyarakat (MPM) Toraja.

Sebanyak 5 kelompok dampingan MPM dan 8 kelompok tani Jamtani membawa hasil usaha mereka ke kampus. Dari MPM, salah satu kelompok tani membawa cabai Katokkon, yang menjadi ciri khas dari Tana Toraja.


CABAI KATOKKON. Petani asal Toraja memamerkan jenis cabai lokal asal Toraja, 'lada katokkon' pada ajang Farmers Goes to Campus di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Rabu (29/10/2025). (dok rycam)


Cabai katokkon yang dalam bahasa Toraja disebut “lada katokkon” adalah produk hortikultura yang khusus dikembangkan di beberapa desa dampingan MPM, seperti di desa Ullin, Sarapeang dan Tallangsura’. 

Selain cabai, mereka juga memperkenalkan padi hitam lokal asal Toraja, yaitu Pare Ambo’. Padi ini  merupakan varietas lokal yang dibudidayakan di dataran tinggi dengan metode pertanian organik.

Beras yang dihasilkan bernilai tinggi dibandingkan beras pada umumnya, terutama bagi penderita diabetes karena memiliki sifatnya yang rendah gula. 

Sementara dari Jamtani produk olahan kripik dan minyak kelapa yang diproduksi dengan pendekatan ramah iklim turut menjadi bagian utama yang dipamerkan pada ajang “Farmer Goes to Campus” yang disenggarakan di Unhas, Makassar.

Lewat ajang temu belajar ini, baik petani muda dan professor dari kampus dapat berbagi pengetahuan dan praktik untuk mendorong inovasi pertanian rendah karbon di Indonesia.  

Profil RYCAM

Rural Youth Climate Action Movement (RYCAM) adalah inisiatif berbasis petani muda yang bertujuan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan kerawanan pangan di Indonesia.

RYCAM dikelola bersama oleh Jaringan Masyarakat Tani Indonesia (JAMTANI), Motivator Pembangunan Masyarakat Toraja (MPM), bersama Centre for Rural Development (SLE) Humboldt University, Berlin, dan didanai oleh International Climate Initiative (IKI). 

Dengan memfokuskan pada generasi muda di pedesaan, terutama perempuan di pedesaan, RYCAM berupaya memberdayakan mereka untuk menjadi pemimpin dalam pertanian berkelanjutan. Info lengkap RYCAM dapat diakses di laman website rycam.id. (*)