News

Gerakan Unhas Mengkaji Kembali Hadir, Ustaz Kaswad Sartono Bahas Etika Politik dalam Islam

POLITIK ISLAM. Gerakan Unhas Mengkaji dan Salat Berjamaah (GUMSB) kembali hadir di Masjid Ikhtiar Kampus Unhas, Kamis, 29 Februari 2024. (dok kemahasiswaan unhas)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Direktorat Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali menghadirkan Gerakan Unhas Mengkaji dan Salat Berjamaah (GUMSB) di semester genap 2023/2024. Kegiatan yang diagendakan rutin setiap pekan ini akan digelar selama 12 kali secara bauran.

GUMSB perdana di semester genap ini terselenggara pada Kamis, 29 Februari 2024 di Masjid Ikhtiar Kampus Unhas. Berlangsung mulai pukul 15.30 Wita, GUMSB kali ini dirangkaikan dengan buka puasa bersama.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof drg Muhammad Ruslin MKes PhD SpBM(K) yang mewakili rektor Unhas tampil membuka kegiatan. Turut hadir Direktur Kemahasiswaan Unhas Abdullah Sanusi PhD dan jajarannya, serta para guru besar, dosen, dan ustaz dan ustazah pembina GUMSB.

Kegiatan diawali dengan salat Asar secara berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kalam ilahi dan tahsinul Qur’an oleh para peserta GUMSB. Selanjutnya Prof Ruslin menyampaikan bahwa Unhas kembali menghadirkan GUMSB di semester genap 2023/2024.

“Unhas dalam hal ini Rektor terus memberikan dukungan atas terselenggaranya kegiatan ini. Pada GUMSB kali ini ditambahkan buka puasa bersama, sehingga jadwalnya di hari Kamis,” ujarnya.

Ia berharap, GUMBS ini dapat menjadi wadah dalam meningkatkan kapasitas diri sebagai muslim dan menjadi ajang untuk saling mengingatkan satu sama lain.

“Semoga antusiasme kita tetap terjaga hingga pekan-pekan ke depan dan kita niatkan kegiatan kegiatan ini agar bernilai ibadah. Semoga aktivitas ini memperkuat semangat kita untuk terus belajar ilmu agama,” tambahnya.

Selain itu, di GUMBS kali ini membahas tema “Etika Politik dalam Perspektif Islam” dengan menghadirkan Ustaz Dr KH Kaswad Sartono MAg selaku pemateri. Mengawali pemaparannya, Ustaz Kaswad membacakan QS Annisa ayat 59.

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian,”.

“Ayat ini tentang pemerintahan, ada korelasi antara negara dan agama. Apa maksudnya? Bahwa dalam dunia pemikiran Islam, mengandung dua hal ada agama ada negara,” ujarnya.

Ustaz Kaswad menambahkan bahwa ayat tersebut juga mengandung makna konteks ke-Indonesiaan saat ini yaitu dalam hal demokrasi. Menurutnya, demokrasi di Indonesia punya banyak pandangan, banyak pilihan dan banyak kepentingan. Seperti pemilu yang baru dilaksanakan.

“Ada ungkapan bahwa politik itu busuk, ini ungkapan yang tidak benar. Politik itu mulia, karena dari arena politiklah ada kemaslahatan, pendidikan diatur negara, dan agama dapat layanan dari negara. Jadi kebijakan negara kepada rakyatnya yang berorientasi pada kesejahteraan menjadi bagian dari ibadah sosial,” tambahnya.

Selain itu Ustaz Kaswad juga menyinggung soal perbedaan hukum dan etika. Menurutnya, persoalan etika susah diukur karena sangat subyektif, termasuk di arena politik.

“Contohnya serangan fajar, ini masuk money politic atau dana operasional politik? Ini susah dipisahkan karena partai politik menganggap itu dana operasional,” ujarnya.

Pada kesempatan ini, Ustaz Kaswad juga membahas pemimpin yang adil dan kaitannya dengan etika politik. Materi ini mendapat atensi dari peserta dan diakhiri dengan sesi tanya jawab lalu buka puasa bersama. (*)