MADRID, UNHAS.TV - Ketika jam di Stadion Santiago Bernabéu menunjukkan menit ke-98:40, udara malam di Madrid seolah membeku. Pedri, gelandang Barcelona yang kelelahan, masih mencoba melancarkan serangan terakhir di ujung laga.
Namun satu sentuhan buruk membuatnya kehilangan bola dan justru melanggar Aurélien Tchouaméni. Wasit tak ragu mengangkat kartu merah.
Dan dengan itu, berakhirlah laga El Clásico yang akan dikenang lama oleh para pecinta sepak bola dunia. Laga yang menegaskan satu hal: Jude Bellingham adalah jantung baru Real Madrid.
Pertandingan sepanjang 105 menit itu menghadirkan segalanya — 37 tembakan, tiga gol sah, tiga gol dianulir, satu penalti dibatalkan, satu lagi diselamatkan.
Sebuah El Clásico klasik: intens, penuh emosi, dan tidak ada yang bisa memprediksi akhirnya. Real Madrid menang 2-1 atas Barcelona, sekaligus memperlebar jarak menjadi lima poin di puncak klasemen La Liga.
Tak Pernah Gagal di Laga Besar
Bagi Jude Bellingham, ini bukan kali pertama ia menjadi pembeda. Setelah dua kali mencetak gol kemenangan dalam El Clásico musim lalu, gelandang muda asal Inggris itu kembali menorehkan namanya di papan skor pada momen krusial.
Ia tidak hanya mencetak gol penentu kemenangan, tetapi juga memberi umpan brilian untuk gol pembuka Kylian Mbappé di babak pertama.

Gol pertama Madrid lahir pada menit ke-20, setelah beberapa kali VAR membatalkan perayaan mereka. Mbappé, yang sempat dua kali terperangkap offside, akhirnya menemukan celah.
Melalui pergerakan cerdas Bellingham yang memutar tubuh melewati Pedri, bola dikirim tepat ke kaki Mbappé yang menuntaskannya tanpa cela. Bernabéu bergemuruh.
Namun Barcelona membalas cepat. Kerja sama apik antara Pedri, Alejandro Balde, dan Marcus Rashford berujung pada gol Fermín López di menit ke-33.
Skor 1-1 menyalakan kembali tensi laga. Rashford, yang menjalani El Clásico perdananya, tampil menonjol di sayap kiri, memberi ancaman konstan bagi lini belakang Madrid.
Drama Tanpa Henti
Memasuki babak kedua, tensi tidak menurun sedikit pun. Mbappé sempat mendapat peluang penalti setelah bola mengenai tangan Eric García, namun tembakannya berhasil ditepis gemilang oleh kiper Barcelona, Wojciech Szczęsny.
Di sisi lain, Ferran Torres dan Fermin López membuang peluang emas yang bisa saja mengubah jalannya laga.
Real Madrid kemudian perlahan mengambil alih ritme permainan. Xabi Alonso yang kini duduk di kursi pelatih Madrid menggantikan Carlo Ancelotti, menunjukkan ketenangan luar biasa.
Ia menurunkan tempo permainan di menit-menit akhir, menjaga organisasi pertahanan tanpa kehilangan ancaman serangan balik.
“Kami menjalankan rencana permainan dengan baik. Ini baru tiga poin, tapi kami harus terus melangkah,” ujar Tchouaméni seusai laga.
Gol kemenangan akhirnya datang di menit ke-89. Vinícius Júnior, yang sempat kesal ketika diganti lebih awal di laga sebelumnya, kali ini menunjukkan kedewasaan. Ia melewati Jules Koundé di sisi kiri dan mengirim umpan silang melambung ke tiang jauh.
Éder Militão menyundul bola kembali ke tengah, dan di sanalah Bellingham menunggu. Dengan ketenangan khasnya, pemain berusia 22 tahun itu menuntaskan peluang menjadi gol. Ini gol yang ketiga baginya di El Clásico. Bernabéu pun meledak dalam euforia.
Ketegangan di Ujung Laga
>> Baca Selanjutnya
Gelandang serang Real Madrid Jude Bellingham merayakan gol yang dicetaknya dengan Kyllian Mbappe ke gawang Barcelona di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Senin (27/10/2025) dini hari. Bellingham cetak gol kemenangan dengan skor 2-1 atas Barcelona. (screenshot the guardian)





-300x165.webp)


