MAKASSAR, UNHAS.TV - Setiap orang memiliki cara yang berbeda saat memasak mie instan. Ada yang hanya menggunakan air bekas rebusannya, dan ada yang justru mengganti dengan air rebusan baru.
Lalu, mana yang dianjurkan oleh ahli gizi?
Mie instan tentu menjadi satu makanan pilihan banyak orang. Selain murah dan praktis, rasanya juga membuat orang tak rugi untuk mencobanya.
Menurut dosen gizi Unhas, Safrullah Amir, mengganti air rebusan mie atau tidak sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Ini lantaran mie terbuat dari tepung yang mengandung zat gizi makro, lemak, dan vitamin serta mineral.
Berdasarkan karakteristiknya, beberapa zat gizi itu mudah larut ssehingga dengan mengganti air rebusan mie dengan air rebusan yang baru akan mengurangi kadar zat gizi yang ada pada mie instan.
Tapi, mie mie instan juga memiliki kandungan zat adiktif yang bersifat sintesis seperti natrium. Menurut Safrullah, ada tiga zat yang harus dibatasi yakni garam, gula, dan lemak.
Konsumsi garam idealnya maksimal 500 gram. Adapun mie instan memiliki 800 miligram kandungan garam. Jika kelebihan kandungan natrium pada tubuh akan menyebabkan hipertensi dan penyakit lainnya.
"Sehingga dengan mengganti air rebusan mie instan dengan air rebusan yang baru akan mengurangi kandungan zat adiktif yang cukup berbahaya bagi tubuh," kata Safrullah Amir SGz MPH.
Berbekal masing-masing kelebihan dan kekurangan yang ada, Safrullah membebaskan pecinta mie instan untuk memilih cara memasak tergantung seleranya karena dengan mengganti air rebusan mie instan, bisa mengurangi cita rasanya.(*)
Zulkarnaen (Unhas TV)