
Anak Indonesia bahagia di tengah kesederhanaan. Credit Bekasi Ana.
Kesejahteraan di Negara Maju: Krisis Makna di Tengah Kemewahan
Berbanding terbalik, negara seperti Inggris dan Jepang justru tertinggal dalam hal flourishing meskipun memiliki infrastruktur kesehatan dan ekonomi yang kuat. Para peneliti menyebutkan bahwa masyarakat di negara maju cenderung mengalami “kekosongan makna” karena gaya hidup yang semakin individualistik dan tekanan sosial yang tinggi.
“Dalam konteks ini, kekayaan tidak selalu setara dengan kehidupan yang memuaskan,” ujar VanderWeele. Ia menambahkan bahwa negara-negara dengan GDP tinggi justru cenderung memiliki skor lebih rendah dalam aspek “makna hidup”, sebagaimana yang ditunjukkan data korelatif studi ini.
Anak Muda: Generasi Paling Rentan
Salah satu temuan paling mengkhawatirkan dari studi ini adalah rendahnya skor flourishing di kalangan anak muda di negara maju. Di Inggris, misalnya, kelompok usia 18–24 tahun mencatat tingkat kepuasan hidup yang lebih rendah daripada usia 80 tahun ke atas. Hal ini bertentangan dengan asumsi bahwa anak muda umumnya lebih optimis dan bahagia.
Menurut Prof. Kate Pickett dari University of York, absennya pembahasan tentang dampak pandemi COVID-19 dalam studi ini menjadi catatan penting. “Kaum muda mengalami tekanan luar biasa selama pandemi—isolasi sosial, gangguan pendidikan, dan ketidakpastian masa depan. Semua ini berdampak jangka panjang pada rasa makna dan koneksi sosial mereka,” katanya dalam wawancara dengan The Guardian (1/5/2025).
Belajar dari Indonesia?
Apakah dunia bisa belajar dari Indonesia? Jawabannya tampaknya: ya. Dalam konteks global yang kian menekankan produktivitas dan individualisme, model kehidupan sosial yang lebih kolektif dan spiritual bisa menjadi penawar dari krisis makna yang tengah melanda banyak negara maju.
Indonesia bukan tanpa masalah. Ketimpangan ekonomi, tantangan pendidikan, dan isu lingkungan tetap menjadi pekerjaan rumah besar. Namun dalam dimensi yang tak kasatmata—hubungan antarmanusia, kekuatan komunitas, dan keyakinan hidup—masyarakat Indonesia menunjukkan ketahanan yang luar biasa.
“Flourishing bukan hanya soal menjadi kaya, tapi tentang merasa hidup ini berarti,” pungkas VanderWeele. (*)