6. India
India adalah rumah bagi ratusan bahasa dan dialek, dengan 22 bahasa resmi yang diakui secara nasional, termasuk Hindi, Bengali, Tamil, Telugu, dan lainnya. Banyak penduduk India menguasai beberapa bahasa daerah, Hindi sebagai bahasa penghubung, dan Inggris sebagai bahasa internasional.
Di wilayah perkotaan, terutama di kalangan profesional dan pelajar, kemampuan berbahasa asing seperti Prancis, Jerman, atau Spanyol juga semakin umum. Keragaman linguistik dan kebutuhan komunikasi dalam konteks bisnis global mendorong banyak penduduk India menjadi poliglot.
7. Afrika Selatan
Afrika Selatan memiliki 11 bahasa resmi, termasuk Afrikaans, Inggris, Zulu, Xhosa, dan lainnya. Penduduknya sering kali menguasai beberapa bahasa ini karena keragaman budaya dan sejarah kolonial yang memperkenalkan bahasa Eropa seperti Inggris dan Afrikaans.
Di wilayah perkotaan, penduduk sering menguasai bahasa Inggris, bahasa daerah seperti Zulu atau Xhosa, dan kadang-kadang bahasa asing lainnya. Tokoh seperti Graça Machel, yang fasih dalam tujuh bahasa termasuk Inggris, Prancis, dan Tsonga, adalah contoh poliglot dari Afrika Selatan yang memanfaatkan kemampuan bahasanya untuk diplomasi internasional.
Faktor Pendukung Poliglotisme
Kemampuan poliglot di negara-negara ini didorong oleh beberapa faktor:
- Keragaman Linguistik: Negara dengan banyak bahasa resmi atau daerah, seperti Indonesia, India, dan Afrika Selatan, mendorong penduduk untuk mempelajari lebih dari satu bahasa sejak kecil.
- Sistem Pendidikan: Negara seperti Swiss dan Luksemburg memiliki kurikulum yang menekankan pembelajaran multibahasa sejak dini.
- Globalisasi dan Perdagangan: Negara seperti Singapura dan Belgia, yang merupakan pusat perdagangan dan diplomasi, membutuhkan kemampuan berbahasa asing untuk komunikasi internasional.
- Motivasi Budaya dan Pribadi: Ketertarikan terhadap budaya, sejarah, atau musik asing sering kali memotivasi individu untuk menjadi poliglot, seperti yang terjadi di banyak negara Eropa.
Manfaat Menjadi Poliglot
Menguasai banyak bahasa tidak hanya memudahkan komunikasi lintas budaya, tetapi juga memiliki manfaat kognitif dan profesional. Penelitian menunjukkan bahwa poliglot memiliki risiko lebih rendah terkena Alzheimer dan demensia karena otak mereka terlatih untuk mengelola informasi secara efisien. Selain itu, kemampuan ini membuka peluang karier di bidang diplomasi, pariwisata, penerjemahan, dan bisnis internasional.(*)