NOTTINGHAM, UNHAS.TV- Bagaimana perasaan Anda jika dinding rumah, gedung atau pegangan tangan di kereta bisa membunuh bakteri dan virus secara otomatis, tanpa perlu dibersihkan berulang kali. Inovasi terbaru dari para peneliti di Inggris membuat hal itu menjadi nyata—dalam bentuk sebuah cat pelapis yang mampu membasmi kuman berbahaya seperti MRSA, flu, bahkan virus COVID-19.
Cat ini bukan sembarang cat. Ia dilengkapi dengan zat disinfektan kuat bernama chlorhexidine, yang selama ini dikenal luas di dunia kedokteran gigi sebagai pembersih luka mulut dan antiseptik sebelum operasi. Ketika chlorhexidine dimasukkan ke dalam formula resin oleh tim ilmuwan dari School of Pharmacy, University of Nottingham, lahirlah sebuah pelapis yang tak hanya tahan lama, tapi juga mematikan bagi patogen yang menempel di permukaannya.
Senyawa Ajaib dalam Kuas
Bekerja sama dengan perusahaan cat industri Indestructible Paint, tim peneliti menciptakan prototipe cat yang aktif secara antimikroba begitu ia mengering. Cat ini efektif ketika diaplikasikan di permukaan plastik dan logam—dua bahan yang umum dijumpai di rumah sakit, transportasi umum, hingga industri dirgantara. Temuan mereka dipublikasikan di Scientific Reports, (23/4, https://www.nature.com/articles/s41598-025-90465-7).
“Hasilnya sangat menjanjikan. Begitu kering, cat ini langsung aktif membunuh bakteri. Kami sudah membuktikan bahwa permukaan yang dilapisi cat ini benar-benar bebas kuman,” ujar Dr. Felicity de Cogan, dosen dan peneliti utama dari University of Nottingham.
Musuh Tak Terlihat di Permukaan Sehari-hari
Bakteri dan virus sering kali bertahan hidup cukup lama di permukaan benda mati—mulai dari ranjang rumah sakit hingga meja lipat di pesawat terbang. Bahkan setelah dibersihkan, sebagian kuman bisa tetap hidup selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Di lingkungan rumah sakit, ini bisa berarti ancaman serius. Infeksi yang terjadi selama pasien dirawat—yang dikenal sebagai hospital-acquired infections—masih menjadi masalah besar.
Data dari 2016/17 di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 4,7% pasien rawat inap dewasa mengalami infeksi selama perawatan, dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 22.800 jiwa—angka yang sebenarnya bisa dicegah.