MAKASSAR, UNHAS,TV - Intimate wedding kini makin tren di kalangan milenial dan Gen Z dan menjadi fenomena menarik di tengah hiruk pikuknya adat pesta pernikahan di Sulawesi Selatan.
Initmate Wedding bisa digambarkan sebagai pesta pernikahan dengan jumlah undangan yang tidak lebih dari 100 orang, bahkan maksimal 80 orang.
Konsep mengurangi jumlah undangan ini bertujuan untuk menciptakan suasana lebih hangat, lebih intim, dan hemat anggaran.
Menurut dosen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Sumarlin Rengko SS MHum, meskipun konsep pesta pernikahan modern ini sedang digemari, namun nilai-nilai adat setempat tetap harus jadi landasan sakral.
"Ada tiga hal sakral di pernikahan: catatan sipil, catatan agama, dan aktivitas budaya. Intimate wedding bukanlah ancaman, melainkan bentuk adaptasi budaya yang dinamis," ujar Dr Sumarlin pada program siaran Unhas Speak Up di studio Unhas TV, Rabu (11/10/2024).
Menurut riset Jakpat bertajuk Dream Wedding Among Youth Nowadays, sebanyak 41 persen responden muda berusia 16–39 tahun memilih intimate wedding —sebuah konsep pernikahan sederhana yang hanya melibatkan keluarga dan orang-orang terdekat.
Pergeseran ini mencerminkan kesadaran finansial generasi muda, yang cenderung menyesuaikan pesta pernikahan dengan kemampuan mereka agar tidak melebihi anggaran (over budget).
"Budget dan kesiapan finansial menjadi perhatian utama. Bahkan, 83 persen dari milenial dan Gen Z telah membuat tabungan khusus untuk pernikahan mereka," tambah Dr Sumarlin.
Dalam tradisi Sulawesi Selatan, uang panai memiliki makna mendalam sebagai simbol cinta dan perjuangan. "Uang panai itu pada dasarnya untuk prosesi pernikahan, bukan tabungan. Selama mampu dan tidak memaksakan diri, baik pernikahan meriah maupun sederhana tetap sesuai adat," jelasnya.
Dr. Sumarlin juga menegaskan bahwa intimate wedding tetap dapat diterima dalam adat selama memenuhi unsur kehadiran keluarga dan kerabat dekat.
"Budaya itu solusi untuk bertahan hidup. Selama adat dihormati dan hakikat pernikahan dijaga, formatnya bisa fleksibel," katanya.
Dr Sumarlin memberikan pesan inspiratif kepada calon pengantin. "Siapkan fisik dan mental karena pernikahan adalah penyatuan dua perspektif berbeda. Cintailah kedua orangtua masing-masing pasangan, dan jangan pernah bermalas-malasan setelah menikah," nasihatnya.
Dengan memahami hakikat pernikahan dan tetap menghormati adat yang ada, generasi muda dapat menjadikan pernikahan mereka tidak hanya sebagai momen sakral, tetapi juga langkah awal menuju kehidupan yang harmonis dan bermakna.(*)
Andi Putri Najwah ( Unhas TV)