Internasional

Iran dan Masa Depan Dialog Peradaban: Laporan Khusus dari International Iranology Summit 2025

Para peserta International Iranology Summit 2025 dari 22 negara berpose bersama para pejabat tinggi Iran pada sesi pembukaan di Husainiyah al-Zahra, Teheran, 15 November 2025. Tampak hadir Menteri Kebudayaan Iran Seyyed Abbas Salehi, Menteri Warisan Budaya Seyyed Reza Salehi Amiri, Ketua Akademi Bahasa Persia Gholam-Ali Haddad Adel, Ketua Yayasan Kajian Iran Ali Akbar Salahi, serta para Iranolog internasional, termasuk perwakilan dari Indonesia, Supratman dari Universitas Hasanuddin. Acara ini dibuka sebagai forum global untuk memperkuat dialog budaya, kerja sama ilmiah, dan pengembangan kajian Iran di tingkat internasional. undefined

TEHERAN, UNHAS.TV— Suasana musim gugur di Teheran menjadi saksi perhelatan akbar International Iranology Summit 2025, sebuah ajang pertemuan ilmiah berskala global yang secara resmi mengusung tema:“Cultural Dialogue Among Iranologists: Opportunities and Capacities for Scientific, Educational, and Cultural Cooperation in the Field of Iranian Studies.”

Tema besar ini menekankan bahwa Iranology bukan lagi sekadar studi tekstual, tetapi telah bergerak menjadi ruang dialog peradaban—menghubungkan ilmu, budaya, inovasi, diplomasi, dan masa depan.

Diselenggarakan secara kolaboratif oleh lembaga-lembaga terbesar dalam kebudayaan dan pendidikan Iran, acara ini menjadi salah satu forum Iranologi paling komprehensif dalam dekade terakhir.

Penyelenggara resminya meliputi:Islamic Culture and Relations Organization (ICRO), Iranology Foundation, Kegubernuran Provinsi FarsShiraz University, University of Tehran, Allameh Tabataba’i University, Shahid Beheshti University, University of Science and Culture, Association for Iranian Studies.

Dengan partisipasi para Iranolog asing dan domestik dari 22 negara, pertemuan ini mempertemukan profesor, peneliti, kepala pusat kajian, dan pemimpin institusi budaya dari seluruh dunia. Setelah sesi utama di Teheran, konferensi berlanjut di Shiraz, kota puisi dan filsafat Persia.


Supratman, dosen Bahasa Persia dari Universitas Hasanuddin (Unhas), menyerahkan cendera mata khusus kepada Dr. Ali Akbar Salehi, Ketua Yayasan Kajian Iran (Bonyad Iranshenasi), seusai sesi International Iranology Summit 2025 di Teheran. Dr. Salehi merupakan tokoh terkemuka dalam diplomasi dan ilmu pengetahuan Iran; sebelum menjabat posisinya sekarang, ia pernah menjadi Menteri Luar Negeri Iran (2010–2013) dan Wakil Tetap Iran untuk Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada 1998–2003. Momen ini menjadi simbol persahabatan akademik antara Iran dan Indonesia, khususnya melalui pengembangan kajian Persia di Universitas Hasanuddin.
Supratman, dosen Bahasa Persia dari Universitas Hasanuddin (Unhas), menyerahkan cendera mata khusus kepada Dr. Ali Akbar Salehi, Ketua Yayasan Kajian Iran (Bonyad Iranshenasi), seusai sesi International Iranology Summit 2025 di Teheran. Dr. Salehi merupakan tokoh terkemuka dalam diplomasi dan ilmu pengetahuan Iran; sebelum menjabat posisinya sekarang, ia pernah menjadi Menteri Luar Negeri Iran (2010–2013) dan Wakil Tetap Iran untuk Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) pada 1998–2003. Momen ini menjadi simbol persahabatan akademik antara Iran dan Indonesia, khususnya melalui pengembangan kajian Persia di Universitas Hasanuddin.


Iran dan “Ruh Peradaban” yang Tak Pernah Terputus

Pidato pembukaan disampaikan oleh tokoh-tokoh puncak:Seyyed Abbas Salehi, Menteri Kebudayaan;Seyyed Reza Salehi Amiri, Menteri Warisan Budaya;Gholam-Ali Haddad Adel, Ketua Akademi Bahasa Persia; serta Ali Akbar Salahi, Ketua Yayasan Kajian Iran.

Di antara mereka, satu pernyataan mendominasi perbincangan para peserta: “Iran tidak mengalami pemutusan sejarah.” — Ali Akbar Salahi

Salahi menegaskan bahwa identitas Iran adalah mata rantai peradaban yang tersambung sejak ribuan tahun lalu hingga hari ini—dari pra-Akhemeniyah, era Zoroastrian, masa Islam klasik, hingga modernitas digital.

Data yang ia paparkan membuat banyak peserta terhenyak:Iran telah menghadapi 5.800 bencana alam, pasang surut kerajaan, invasi asing, dan tekanan geopolitik, tetapi struktur peradabannya tidak pernah runtuh.

 Sementara itu Menteri AbbasSalehi memperkenalkan empat unsur ruh Iran:

  1. Bahasa Persia — yang struktur dan kosakatanya bertahan lintas milenium.
  2. Hikmah dan irfan — filsafat yang menyatu dengan etika dan spiritualitas.
  3. Puisi — sarana penyimpanan nilai dan kebijaksanaan kolektif.
  4. Ketahanan budaya — kemampuan bertahan terhadap bencana alam dan invasi sejarah.

Ia menambahkan:“Anda tidak sedang berinteraksi dengan tanah mati, tetapi dengan jiwa yang hidup dalam sejarah manusia.”

Ragam Kajian Iranologi: Dari Manuskrip Digital hingga Diplomasi Kebudayaan

Dalam rangkaian sidang paralel di Universitas Teheran, Allameh Tabataba’i, Shahid Beheshti, dan University of Science and Culture, para peserta membahas tema-tema yang semakin modern dan multidimensional:

  1. Digitalisasi manuskrip klasik
  2. Artificial intelligence dalam studi filologi
  3. Diplomasi kebudayaan Iran-Asia
  4. Studi pariwisata dan warisan takbenda
  5. Kajian diaspora Iran
  6. Bahasa Persia untuk generasi global.

Kehadiran peserta dari Eropa, Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Laut Tengah memperlihatkan bagaimana Iranology kini menjadi disiplin yang berlapis dan lintas sektor—menghubungkan sejarah, teknologi, politik budaya, hingga ekonomi kreatif.

Dr. Ali Akbar Salahi, Ketua Yayasan Kajian Iran (Bonyad Iranshenasi) dan salah satu tokoh utama dalam dunia Iranology, menyampaikan pidato pembukaan pada International Iranology Summit 2025 di Teheran, 15 November 2025. Dalam sambutannya, Salahi menegaskan bahwa Iran adalah peradaban yang tidak pernah mengalami pemutusan sejarah. Acara ini dihadiri para Iranolog dari 22 negara dan diselenggarakan secara kolaboratif oleh berbagai lembaga kebudayaan dan universitas terkemuka Iran.
Dr. Ali Akbar Salahi, Ketua Yayasan Kajian Iran (Bonyad Iranshenasi) dan salah satu tokoh utama dalam dunia Iranology, menyampaikan pidato pembukaan pada International Iranology Summit 2025 di Teheran, 15 November 2025. Dalam sambutannya, Salahi menegaskan bahwa Iran adalah peradaban yang tidak pernah mengalami pemutusan sejarah. Acara ini dihadiri para Iranolog dari 22 negara dan diselenggarakan secara kolaboratif oleh berbagai lembaga kebudayaan dan universitas terkemuka Iran.


Unhas Hadir dalam Mozaik Besar Iranologi Global

Di sinilah momen penting bagi Indonesia. Supratman, dosen Bahasa Persia dari Universitas Hasanuddin (Unhas), menjadi salah satu peserta yang turut memperkaya forum internasional ini. Ia menyampaikan cendera mata khusus kepada Ali Akbar Salahi, yang menyambut dengan penuh apresiasi ketika mendengar bahwa di Indonesia—khususnya Unhas—bahasa Persia mendapat tempat yang signifikan.

Salahi berkata:“Bahasa adalah jalan paling dalam menuju sebuah bangsa. Mendengar bahwa di Makassar bahasa Persia diajarkan, saya merasa sangat gembira.”

Dalam konferensi ini, Supa juga dijadwalkan menyampaikan presentasi berjudul:“Iranology at University of Hasanuddin, Indonesia: Opportunities, Constraints, and a Strategy for Sustainable Growth.”

Materi ini menjadi kontribusi penting dari Indonesia Timur dalam forum Iranologi dunia—mengenalkan bagaimana kajian Persia tumbuh di universitas maritim terbesar di Indonesia.(*)