Kesehatan
Terkini
Unhas Sehat

Jangan Salah Kaprah Soal Kolesterol, Waspadai Risiko Genetik dan Pola Makan Berlebihan




Dokter spesialis penyakit dalam Unhas Prof Dr dr Andi Makbul Aman SpPD K-EMD FINASIM (dok. Unhas.TV)


Untuk pemeriksaan kolesterol, Prof. Makbul menyarankan agar dilakukan sesuai kebutuhan individu. Bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung di usia muda, skrining bisa dimulai sejak usia anak-anak atau remaja. Jika hasilnya normal, pemeriksaan dapat diulang setiap enam tahun.

Sedangkan pada kelompok berisiko tinggi seperti penderita diabetes, hipertensi, obesitas, perokok, atau yang berusia di atas 40 tahun, sebaiknya melakukan pemeriksaan awal dan mengulangnya satu hingga dua tahun kemudian tergantung hasilnya.

Bila kolesterolnya tinggi, evaluasi lanjutan bisa dilakukan enam bulan kemudian sambil melihat efek dari pengaturan makan dan olahraga atau pengobatan.

Ia juga mengingatkan bahwa pemeriksaan kolesterol yang valid harus dilakukan di laboratorium atau rumah sakit dengan pengambilan darah vena, bukan dari darah kapiler yang sering digunakan alat tes cepat.

Pemeriksaan dari serum darah lebih akurat dan bisa menunjukkan kadar kolesterol sebenarnya. Di Rumah Sakit Unhas, pemeriksaan kolesterol dilakukan sesuai prosedur medis, termasuk anjuran puasa terlebih dahulu terutama untuk melihat kadar trigliserida yang bisa terpengaruh oleh makanan.

Mengakhiri penjelasannya, Prof. Makbul mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola gaya hidup. Ia mengatakan bahwa saat ini orang semakin sedikit bergerak, karena makanan bisa dengan mudah dipesan tanpa harus keluar rumah.

Hal ini, menurutnya, menjadi pemicu utama ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang dikeluarkan tubuh.

“Kematian memang ditentukan dari Atas (Allah SWT), tapi manusia tetap harus berusaha. Berat badan ideal bisa dijaga dengan rumus tinggi badan dikurangi 100.

"Jika bisa mempertahankan itu, ditambah pola hidup sehat, maka kita bisa menjaga pembuluh darah kita tetap sehat dan menurunkan risiko kematian dini,” ujarnya.

Ia juga menyinggung perubahan paradigma dalam masyarakat. Jika dahulu tubuh gemuk dianggap makmur dan sehat, kini obesitas lebih banyak dikaitkan dengan berbagai risiko penyakit, termasuk kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, hingga serangan jantung.

Oleh karena itu, ia mengimbau agar masyarakat tidak lagi menyamakan makanan enak dengan makanan berlimpah. Makanan tetap bisa dinikmati, asal dikonsumsi dalam porsi yang wajar, disertai dengan gaya hidup aktif dan seimbang.

Prof Makbul  pun diingatkan, bahwa menjaga kesehatan bukan hanya soal menahan diri sesaat, tetapi konsistensi dalam mengatur pola makan dan kebiasaan hidup.

Pemeriksaan kolesterol yang rutin, konsumsi makanan tinggi serat, dan aktivitas fisik yang cukup adalah fondasi utama untuk hidup lebih sehat dan terhindar dari komplikasi serius di masa depan.

(Rahmatia Ardi / Unhas.TV)