Oleh: Yusran Darmawan*
Malam itu, langit di Makassar adalah kanvas hitam yang dipenuhi titik-titik terang. Satu-satu bintang muncul, seperti gema dari langit yang tak pernah mati. Di dermaga, seorang lelaki berdiri, memandangi bintang-bintang itu dengan penuh keingintahuan.
Wajahnya tampak serius, seperti orang yang tengah menghitung jarak antara titik-titik cahaya di angkasa. Ia bukan hanya melihat bintang sebagai kilauan tak berarti, tetapi sebagai bagian dari suatu tatanan yang lebih besar.
Tatanan yang perlu dipahami, dihitung, dan diukur—sebuah dunia yang tersembunyi di balik cahaya.
Lelaki itu I Mangadacinna Daeng I Baile, lebih dikenal sebagai Karaeng Pattingalloang, Sebagai Tuma’ bicara butta (Perdana Menteri) Kerajaan Gowa, Pattingalloang memainkan peran penting dalam memajukan kerajaan, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya.
Ia membantu memperkuat posisi Gowa sebagai pusat perdagangan dan kekuatan maritim di Nusantara. Dia melihat dunia tidak hanya melalui kacamata kekuasaan, tetapi melalui ilmu pengetahuan.
Di masa itu, zaman tengah bergejolak. Perdagangan yang berkembang pesat, hubungan dengan Eropa yang semakin intens, dan kekuasaan yang harus dipertahankan.
Tetapi ia tidak melihat dunia hanya sebagai arena untuk berperang. Ia memandang dunia sebagai ranah yang harus dipahami, dengan ilmu pengetahuan sebagai kunci untuk menguasainya.
Langit yang tak terhingga itu, bagi Pattingalloang, bukanlah tempat untuk sekadar bermimpi, melainkan untuk berpikir. Dan dalam dunia yang lebih luas itu, ia menemukan bahwa pengetahuan bukan hanya milik para pemikir di Eropa, tetapi juga milik rakyatnya yang berada jauh di Timur.
Di atas langit yang penuh bintang, Gowa menjadi sebuah titik yang menghubungkan dunia. Sebuah kota yang letaknya di antara Samudra Pasifik dan Laut Jawa, Makassar—sebuah pelabuhan yang mengundang berbagai bangsa untuk berlabuh. Arab, Portugis, Cina, hingga Belanda, semua datang, dan Gowa menjadi pusat bagi mereka untuk bertemu, bertukar barang, dan berbagi cerita.
Di sini, perdagangan bukan hanya soal barang, tetapi juga soal ide-ide yang saling mengalir. Gowa adalah titik temu bagi dunia yang semakin luas.
Namun, Gowa tidak hanya berkembang menjadi pusat perdagangan. Di bawah arahan Karaeng Pattingalloang, ilmu pengetahuan menjadi semakin penting. Ia bukan hanya seorang penguasa yang tahu cara bernegosiasi, tetapi juga seorang ilmuwan yang sadar bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, ia harus memahami lebih banyak tentang dunia ini.
Itulah sebabnya, meskipun Gowa adalah kerajaan maritim yang berfokus pada perdagangan, Pattingalloang memandang sains sebagai sarana untuk lebih memahami dunia. Ia melihat pengetahuan bukan hanya sebagai kekuatan diplomatik, tetapi sebagai jembatan antara kebudayaan Barat dan Timur.
Di titik ini, dia berbicara dalam banyak bahasa. Di saat banyak penguasa lain merasa cukup dengan bahasa daerah dan bahasa perdagangan, Pattingalloang menguasai Arab, Melayu, Portugis, Belanda, dan sedikit bahasa Latin.
Seorang pastor bernama Alexander de Rhodes mengatakan, “Jika kita mendengar omongannya tanpa melihat orangnya, pasti kita mengira dia adalah orang Portugis sejati, karena ia berbahasa Portugis sama fasihnya dengan orang di Lisbon.”
Dengan kefasihannya itu, ia dapat berkomunikasi dengan berbagai pedagang asing yang datang. Dan lebih dari itu, ia mampu membuka pintu bagi para ilmuwan untuk mendalami pemikiran-pemikiran Barat.
Bagi orang Eropa yang datang ke Gowa, Pattingalloang bukan hanya seorang penguasa yang bijaksana, tetapi seorang yang di luar dugaan memiliki pemahaman tentang ilmu pengetahuan yang mendalam.
Seorang penulis Portugis, Manuel de Faria e Sousa, pernah menulis tentangnya, "Seandainya ia lahir di Eropa, ia akan berdiri sejajar dengan filsuf besar zaman ini."
Pattingalloang, yang lahir di Makassar, telah melampaui batas zaman dan ruangnya. Di dunia yang masih dipenuhi ketidakpastian, ia berusaha mengukir jejaknya dengan ilmu dan bahasa, menjadikannya sosok yang tak hanya menguasai kerajaan, tetapi juga ide-ide yang mengubah cara orang melihat dunia.
>> Baca Selanjutnya