MAKASSAR, UNHAS.TV - Kebijakan menaikkan tarif impor untuk produk-produk luar negeri yang masuk ke AS sudah mulai berdampak ke dalam negeri. Salah satunya pada kenaikan harga pakaian yang sudah melonjak tinggi.
Kenaikan ini karena 98 persen pakaian di Amerika Serikat tidak diproduksi di dalam negeri dan sekitar 22 persen mmalah diimpor dari China. Pengenaan tarif yang mencapai 145 persen untuk produk China, justru membuat harga pakaian langsung naik drastis.
Kenaikan harga pakaian ini juga berimbas pada kenaikan harga kaos kaki dan sepatu olahraga. "Kaos oblong atau T-shirt, pakaian dalam, dan kaos kaki tentu paling cepat naik harganya karena ini pakaian yang paling sering dipakai di negeri ini," kata Sheng Lu, dosen kajian busana di Universitas Delaware, Amerika Serikat, sebagaimana dikutip dari CNN.
Selain ke China, Amerika Serikat juga sangat bergantung pada produk pakaian dari Vietnam dan Bangladesh. Dua negara ini dipandang mampu memproduksi pakaian dengan kualitas bagu dan dengan harga murah. Ini berbeda jika dilakukan di Amerika Serikat yang tidak punya tenaga kerja untuk bidang itu dan kalaupun tersedia, biaya tenaga kerja mereka sangat mahal.
Penelitian dari UCLA dan Yale University menyebutkan, kenaikan harga pakaian sangat memukul warga berpendapatan lemah dan hanya sedikit memengaruhi warga berpendapatan menengah dan tinggi.
Mereka yang berasal dari kalangan atas sama sekali tidak berdampak. Selain karena daya beli yang tinggi juga karena produk-prodk mewah umumnya datang dari negara-negara Eropa yang tarif impornya lebih kecil dibandingkan tarif impor untuk produk dari China.(*)