Saintek

Kemiskinan dan Kriminalitas: Benarkah Saling Berkaitan, Ini Kata Sosiolog Unhas?

UNHAS.TV - Kemiskinan sering kali dianggap sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kriminalitas di suatu wilayah. Baik di daerah, apalagi di perkotaan.

Tekanan ekonomi yang dialami oleh individu atau keluarga yang hidup dalam kondisi miskin dapat mendorong mereka untuk melakukan tindakan kriminal demi memenuhi kebutuhan dasar.

Namun, apakah kemiskinan benar-benar menjadi faktor utama penyebab meningkatnya angka kriminalitas, ataukah ada faktor lain yang turut berperan?

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada di angka 23 juta jiwa.

Angka ini mencerminkan tantangan besar bagi pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan dan, pada saat yang sama, mengurangi potensi meningkatnya tindak kriminalitas.

Korelasi antara kemiskinan dan kriminalitas telah lama menjadi perdebatan di kalangan akademisi dan praktisi kebijakan publik.

Menurut Hariashari Rahim, S.Sos., M.Si., dosen Sosiologi Universitas Hasanuddin, terdapat hubungan yang erat antara kemiskinan dan tingkat kriminalitas.

Ia menjelaskan bahwa daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi sering kali memiliki angka kriminalitas yang lebih tinggi pula. Hal ini terjadi terutama di wilayah perkotaan yang padat penduduk dengan kondisi ekonomi yang rendah.

"Faktor ekonomi menjadi pendorong utama seseorang untuk melakukan tindakan kriminal, terutama yang berkaitan dengan pencurian dan kejahatan ekonomi lainnya," ujarnya.

Namun, selain faktor ekonomi, berbagai aspek lain juga berperan dalam meningkatkan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan kriminal.

"Faktor pendidikan yang rendah, lingkungan sosial yang tidak kondusif, keluarga yang tidak harmonis, serta keterbatasan akses terhadap lapangan pekerjaan yang layak dapat memperparah kondisi tersebut," tambah Hariashari.

Studi dalam bidang kriminologi menunjukkan bahwa kombinasi dari faktor-faktor ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih rentan terhadap kejahatan.



Dosen Sosiologi Unhas Hariashari Rahim

Dari sudut pandang ilmu sosial, konsep strain theory yang dikemukakan oleh Robert K. Merton menjelaskan bahwa individu yang mengalami tekanan akibat kesenjangan ekonomi akan mencari cara lain untuk mencapai kesuksesan, termasuk dengan cara-cara yang ilegal.

Selain itu, teori broken windows dalam kriminologi menyebutkan bahwa lingkungan yang tidak terawat dan penuh dengan ketimpangan sosial akan cenderung menjadi lahan subur bagi tindakan kriminal.

Untuk menekan angka kriminalitas yang berkaitan dengan kemiskinan, Hariashari menekankan pentingnya pemberian akses yang lebih luas terhadap layanan pendidikan dan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin.

Ia menilai bahwa kebijakan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, seperti program bantuan sosial yang tepat sasaran dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas, dapat menjadi solusi yang lebih efektif dalam mengurangi angka kriminalitas.

Pada akhirnya, penanggulangan kemiskinan dan kriminalitas memerlukan sinergi dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, hingga peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sejahtera.

Dengan pendekatan yang lebih komprehensif, diharapkan angka kriminalitas dapat ditekan, sehingga tercipta masyarakat yang lebih adil dan berkeadilan sosial. (*)

(Muh.Syaiful/ Zahra Tsabitha Sucheng/Unhas.TV)