Di sebuah ruangan putih rumah sakit, seorang pemuda berusia 24 tahun duduk dengan tangan gemetar. Matanya terpaku pada dokter yang baru saja menyampaikan kabar mengejutkan: ia mengidap kanker stadium awal. Raut wajahnya berubah, mencerminkan ketakutan dan ketidakpercayaan. “Bagaimana bisa? Saya masih muda, saya hidup sehat,” ucapnya lirih. Namun, kenyataan berkata lain.
Fenomena meningkatnya kasus kanker pada anak muda kini menjadi perhatian serius di dunia medis. Data terbaru menunjukkan lonjakan signifikan dalam jumlah penderita kanker berusia di bawah 50 tahun. Dulu, kanker lebih sering dikaitkan dengan faktor usia lanjut, tetapi kini banyak anak muda yang harus menghadapi kenyataan pahit ini.
Menurut Prof. Dr. dr. Prihantono, Sp.B, Subsp.Onk(K), M.Kes, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, perubahan gaya hidup menjadi salah satu faktor utama di balik tren ini. “Peningkatan konsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak dan gula, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol di kalangan anak muda berkontribusi signifikan terhadap peningkatan risiko kanker pada usia muda,” jelasnya.
Selain itu, paparan polusi dan zat kimia dalam produk sehari-hari juga berperan dalam meningkatkan risiko kanker. Prof. Prihantono menambahkan, “Paparan polusi udara dan bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kerusakan DNA yang berpotensi memicu perkembangan sel kanker.”
Faktor genetik juga tidak bisa diabaikan. Banyak anak muda yang tidak menyadari adanya riwayat kanker dalam keluarga mereka, yang meningkatkan risiko mereka mengembangkan penyakit serupa. “Jika ada anggota keluarga yang pernah mengidap kanker, penting bagi generasi berikutnya untuk melakukan skrining dini dan menerapkan gaya hidup sehat sebagai langkah pencegahan,” kata Prof. Prihantono.
Stres dan kurang tidur akibat tekanan pekerjaan atau gaya hidup modern juga memperburuk kondisi tubuh. Stres kronis dapat melemahkan sistem imun dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan sel kanker. “Sistem kekebalan tubuh yang lemah tidak dapat melawan pertumbuhan sel abnormal dengan efektif,” tambah Prof. Prihantono.
Kesadaran dini menjadi kunci utama dalam menghadapi ancaman ini. Menerapkan pola makan sehat, rutin berolahraga, menghindari paparan zat berbahaya, serta melakukan pemeriksaan kesehatan berkala adalah langkah sederhana namun penting untuk melindungi diri. “Jangan menunggu sampai muncul gejala serius. Kanker bisa tumbuh diam-diam selama bertahun-tahun sebelum akhirnya terdeteksi,” tegas Prof. Prihantono.
Sebuah artikel di Kompas.id mengungkapkan bahwa orang di bawah usia 50 tahun yang didiagnosis menderita kanker melonjak signifikan. Perubahan gaya hidup, terutama pola konsumsi, menjadi salah satu faktor penyebab utama.
Kasus pemuda yang terkejut dengan vonis kankernya hanyalah satu dari sekian banyak kisah serupa. Kanker bukan lagi penyakit orang tua—ia bisa menyerang siapa saja, kapan saja. Di era modern ini, menjaga kesehatan sejak dini bukan lagi sekadar pilihan, melainkan keharusan.