Makassar
News
Pendidikan

Kepala Dinas Pendidikan Soroti Pemerataan Pendidikan Inklusi dan Toleransi di Peacetival Makassar

Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Andi Achi Soleman saat menghadiri Peacetival Makassar di Fort Rotterdam, Sabtu (22/11/2025). Kegiatan ini sebagai bagian dari rangkaian Belajaraya bertajuk “Kolaborasi Puncak Perayaan Hari Perdamaian dan Toleransi 2025” (dok pk identitas)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Aliansi United for Peace 2025 bersama Universitas Hasanuddin  (Unhas) menggelar Peacetival Makassar sebagai bagian dari rangkaian Belajaraya bertajuk “Kolaborasi Puncak Perayaan Hari Perdamaian dan Toleransi 2025”.

Acara yang merangkum diskusi, lokakarya, dan interaksi lintas komunitas itu berlangsung di kawasan cagar budaya Fort Rotterdam, Sabtu (22/11/2025).

Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar, Andi Achi Soleman, SSTP, MSi., menegaskan bahwa upaya membangun budaya damai tidak dapat dipisahkan dari kerja besar membuka akses pendidikan bagi seluruh pelajar.

Menurutnya, inklusi dalam pendidikan adalah fondasi yang memungkinkan masyarakat tumbuh dalam ruang yang bebas dari diskriminasi.

“Upaya pemerataan pendidikan harus berjalan seiring dengan visi perdamaian sosial,” ujar Achi di hadapan peserta.

Ia menambahkan, momentum Peacetival menjadi ruang strategis untuk menghubungkan isu toleransi dengan kebijakan pendidikan yang lebih merata di Makassar.

Dalam pemaparannya, Achi turut menyoroti kehadiran aplikasi Rumah Pendidikan—platform pembelajaran digital yang dapat diakses siswa dari tingkat PAUD hingga SMK.

Aplikasi ini dirancang sebagai ruang interaktif yang menghubungkan guru, murid, dan orang tua dalam ekosistem pembelajaran terpadu. Melalui sistem tersebut, seluruh materi pembelajaran disediakan secara gratis dan dapat diunduh tanpa batas.

Fitur unggulan platform ini, kata Achi, terletak pada ketersediaan modul lengkap sesuai kurikulum tiap tingkatan.

“Siswa tidak perlu membeli buku karena seluruh tema pembelajaran tersedia, bisa diunduh, dicetak, dan dimanfaatkan secara mandiri,” katanya.

Ia menilai inovasi ini sebagai langkah efisien untuk menjembatani kesenjangan belajar, terutama bagi keluarga yang kesulitan mengakses bahan ajar cetak.

Achi juga menekankan fungsi sosial Rumah Pendidikan dalam membuka kembali peluang belajar bagi anak yang putus sekolah.

Melalui sistem yang fleksibel, siswa dapat melanjutkan pendidikan baik melalui jalur formal maupun non-formal tanpa terhalang biaya maupun keterbatasan sumber belajar.

“Pendidikan adalah hak setiap anak dan harus dijamin negara,” tegasnya. Ia berharap kolaborasi yang terbangun dalam Peacetival Makassar tidak berhenti pada acara seremonial, tetapi berkembang menjadi gerakan berkelanjutan.

“Semoga acara ini bukan akhir, tetapi awal dari rangkaian kolaborasi agar semua bisa merasakan pendidikan dan mewujudkan cita-citanya,” pungkas Achi. (*)