UNHAS.TV - Di sudut-sudut kota, kita semakin sering melihat kawanan kucing atau anjing liar berkeliaran di jalanan. Tak hanya menimbulkan masalah kebersihan dan kenyamanan lingkungan, populasi yang tak terkendali ini juga menjadi ancaman kesehatan serius bagi hewan maupun manusia.
Di tengah realitas ini, Rumah Sakit Hewan Universitas Hasanuddin (RSH Unhas) menggaungkan pentingnya sterilisasi sebagai solusi efektif dan berkelanjutan.
Tim Unhas TV berkesempatan berbincang langsung dengan Koordinator Penyakit Dalam dan Patologi drh Wa Ode Santa Monica MSi di RSH Unhas, Mei 2025 lalu.
Ia menegaskan bahwa sterilisasi bukan lagi sekadar opsi, melainkan kebutuhan yang mendesak dalam mengatasi masalah populasi hewan liar di perkotaan, termasuk di Makassar.
“Sterilisasi itu penting, baik untuk pengendalian populasi maupun sebagai penanganan penyakit reproduksi. Salah satu yang paling sering kami tangani adalah pyometra pada hewan betina,” ujarnya.
Pyometra merupakan infeksi serius pada rahim yang sering terjadi pada anjing dan kucing betina yang tidak disterilisasi. Menurut drh. Ode, penanganan yang paling tepat untuk kasus ini adalah pengangkatan rahim dan ovarium — prosedur yang juga menjadi inti dari sterilisasi.
Data dari RSH Unhas tahun 2023 menunjukkan bahwa terdapat setidaknya 854 ekor anjing dan kucing yang tercatat sebagai hewan peliharaan di Kota Makassar.
Namun, jumlah hewan liar diperkirakan jauh lebih besar dan meningkat setiap tahunnya, terutama akibat reproduksi yang tidak terkontrol.
Tanpa langkah pencegahan seperti sterilisasi, hewan-hewan ini akan semakin rentan terhadap penyakit, kekurangan gizi, bahkan perlakuan kejam dari manusia.
Tak hanya itu, mereka juga berpotensi menyebarkan penyakit zoonosis seperti rabies dan toksoplasmosis yang bisa menular ke manusia.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Veterinary World Journal (2021) menegaskan bahwa program sterilisasi massal dapat mengurangi populasi hewan liar hingga 80% dalam waktu lima tahun bila dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan.
Selain itu, laporan World Health Organization (WHO) mencatat bahwa lebih dari 59.000 orang di dunia meninggal setiap tahun akibat rabies, sebagian besar dari gigitan anjing yang tidak divaksin dan tidak disterilisasi.
Sterilisasi juga terbukti berdampak pada perilaku hewan. Menurut drh. Ode, hewan yang sudah disteril biasanya akan lebih tenang dan tidak lagi menunjukkan perilaku agresif atau teritorial yang ekstrem.
“Kontrol perilaku juga menjadi alasan penting. Hewan yang disteril akan lebih mudah diatur dan berinteraksi dengan manusia,” tambahnya.
Namun, masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya sterilisasi. Ada anggapan bahwa prosedur ini kejam atau tidak alami. Padahal, secara medis, sterilisasi terbukti memperpanjang umur dan meningkatkan kualitas hidup hewan.
Untuk mengatasi minimnya kesadaran, RSH Unhas secara rutin mengadakan edukasi kepada masyarakat melalui seminar, media sosial, hingga program pengabdian masyarakat di wilayah pinggiran Makassar. Mereka juga membuka layanan sterilisasi dengan biaya terjangkau dan tenaga ahli yang berpengalaman.
“Kalau kita tidak mulai sekarang, maka dalam lima atau sepuluh tahun ke depan, kita akan dihadapkan pada lonjakan populasi hewan liar yang lebih sulit dikendalikan,” tutup drh. Ode Santa Monica.
Sterilisasi bukan sekadar prosedur medis, tetapi investasi jangka panjang bagi kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan.
Saatnya masyarakat memahami bahwa menjaga populasi bukan berarti menghilangkan, tetapi merawat dengan cara yang lebih bertanggung jawab.
(Zahra Tsabitha Sucheng / Pander Josua Nababan / Unhas.TV)