JENEPONTO, UNHAS.TV — Di sebuah pagi yang cerah di Kelurahan Bontorannu, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, sebuah kolaborasi apik antara mahasiswa dan masyarakat kembali menunjukkan hasilnya. Senin, 30 Juni 2025, menjadi penanda berakhirnya sebuah perjalanan panjang, di mana Seminar Akhir Praktik Belajar Lapangan (PBL) III Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas resmi digelar. Acara ini bukan sekadar penutupan, melainkan juga cerminan nyata dari upaya bersama dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan di bidang kesehatan.
Berlangsung di Kantor Kelurahan Bontorannu, seminar ini dihadiri oleh berbagai pihak penting: perangkat kelurahan, bidan pustu, kepala lingkungan, hingga kader posyandu. Sekretaris Kelurahan Bontorannu, Suardi, S.IP, mewakili Kepala Kelurahan, hadir untuk mengapresiasi kerja keras para mahasiswa.
Buah Manis Kolaborasi
Dian Tri Hapsari, koordinator PBL III di Kelurahan Bontorannu, tak dapat menyembunyikan rasa puasnya. "Setelah melakukan evaluasi beberapa hari, kami mendapatkan hasil yang cukup memuaskan," ujarnya dengan senyum. Ia menjelaskan bahwa pemahaman masyarakat tentang kesehatan menunjukkan peningkatan yang signifikan dan bertahan setelah serangkaian intervensi yang telah dilakukan. "Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak dan ibu yang selama ini sudah membersamai, mendampingi, serta membantu proses kegiatan PBL kami dari pengumpulan data, pelaksanaan intervensi, hingga saat ini pelaksanaan evaluasi," imbuhnya, menyoroti peran penting dukungan masyarakat.
Apresiasi serupa juga datang dari pihak kelurahan. Suardi, S.IP, menyampaikan terima kasihnya kepada mahasiswa Posko 11 PBL III. "Hal ini tentu sangat membantu kami dalam mengingatkan masyarakat terkait kesehatannya," kata Suardi, mengakui kontribusi nyata mahasiswa dalam meningkatkan kesadaran kesehatan di wilayahnya.
Lebih dari Sekadar Pemahaman: Perubahan Perilaku
Sesi tanya jawab menjadi momen menarik, mengungkap lebih dalam dampak dari program PBL ini. Bidan Dewi, mewakili pihak Puskesmas Pembantu (Pustu), mengajukan pertanyaan krusial: "Setelah melakukan evaluasi, apakah perilaku masyarakat juga berubah atau hanya dari segi pemahaman saja?"
Jawaban Dian Tri Hapsari dan Sri Hartuti, anggota Posko 11, sontak memecah keraguan. "Terkait perubahan perilaku masyarakat, saya sudah lihat langsung beberapa ibu yang melarang dan mengingatkan anaknya yang selalu merengek meminta mi instan dan makanan yang kurang sehat," ungkap Dian, menggambarkan perubahan kecil namun signifikan dalam kebiasaan sehari-hari.
Sri Hartuti menambahkan, "Perubahan perilaku juga saya dapatkan pada saat evaluasi intervensi terkait permasalahan kurangnya perhatian terhadap tumbuh kembang anak." Ia menceritakan bagaimana pada PBL II banyak ibu yang belum mengetahui berat dan panjang badan baduta mereka, namun kini, "saat evaluasi mulai ada perubahan yang di mana para ibu sudah mengetahui berat badan dan panjang badan terakhir anaknya." Ini adalah bukti nyata bahwa program ini berhasil melampaui sekadar transfer informasi, tetapi juga memicu adopsi perilaku yang lebih sehat.
Fondasi untuk Kehidupan Sehat dan Sejahtera
Kesuksesan PBL ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak, mulai dari Kepala Kelurahan Bontorannu, pihak Pustu, para kader, hingga tokoh masyarakat. Program evaluasi kesehatan seperti ini memiliki kaitan erat dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan ke-3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera.
Melalui evaluasi program, efektivitas, efisiensi, dampak, dan keberlanjutan intervensi kesehatan dapat diukur secara sistematis. Ini memastikan bahwa program-program tersebut benar-benar mendukung pencapaian indikator-indikator SDGs. Lebih jauh, evaluasi memungkinkan perbaikan kebijakan dan alokasi sumber daya yang lebih tepat sasaran, menjadikan pencapaian target SDGs lebih terukur dan akuntabel.
Seminar akhir PBL III FKM Unhas di Kelurahan Bontorannu bukan hanya menandai berakhirnya sebuah kegiatan, tetapi juga awal dari kesadaran kesehatan yang lebih baik dan berkelanjutan di tengah masyarakat. Ini adalah kisah tentang bagaimana kolaborasi tulus antara akademisi dan komunitas dapat menciptakan perubahan positif yang nyata, membangun fondasi untuk masa depan yang lebih sehat dan sejahtera.(*)