Ekonomi

Koperasi Desa Merah Putih Bakal Dorong Hilirisasi dan Ekspor Produk Lokal Jika Dikelola dengan Tepat




Dosen FEB Unhas Dr Nur Alamzah SE MSi (dok unhas.tv)


Namun ia juga menegaskan bahwa kekuatan tersebut baru akan muncul jika dibarengi dengan manajemen yang baik, pemetaan potensi desa yang matang, dan penguatan kapasitas SDM.

“Asas koperasi itu gotong royong. Kita bisa melakukan hal besar kalau dilakukan bersama-sama. Tapi gotong royong itu harus terorganisir dengan baik. Harus ada perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Kalau tidak, koperasi hanya jadi papan nama,” katanya.

Ia juga mengingatkan pentingnya melakukan environment scanning atau analisa lingkungan untuk mengetahui keunggulan komparatif masing-masing desa. Menurutnya, setiap desa harus mampu mengenali produk atau sektor yang paling sesuai dengan karakteristik wilayahnya.

“Kalau semua desa bikin produk yang sama, distribusinya bisa tumpang tindih. Akhirnya nilai tambahnya hilang. Justru koperasi harus menjadi alat untuk menggali keunikan desa. Apa yang tidak dimiliki desa lain, itulah yang harus ditonjolkan,” ujar Dr. Alamzah.

Selain sektor pertanian, ia juga melihat potensi besar di bidang perikanan dan kerajinan. Ia pernah meneliti koperasi pengrajin koper di Sidoarjo yang mampu menembus pasar ekspor hingga ke Jepang dan Jerman.

Dengan skema produksi rumahan dan pengawasan mutu dari koperasi, para pengrajin bisa memenuhi permintaan massal, termasuk pesanan koper untuk jemaah haji dari maskapai nasional.

“Produksi rumahan itu bisa jadi kekuatan kalau dikelola dengan konsep kolaborasi. Standar kualitas dijaga koperasi, produksinya menyebar di rumah-rumah warga. Ini yang saya sebut kolaborasi relasional,” ujarnya.

Dr. Alamzah menyambut baik program Koperasi Desa Merah Putih dan menyebutnya sebagai kebijakan yang punya semangat besar untuk membangun kemandirian ekonomi desa.

Namun ia mengingatkan bahwa program sebesar ini harus diiringi dengan pendampingan serius dari pemerintah dan kesiapan infrastruktur serta SDM di tingkat lokal.

“Dana Rp400 triliun bukan angka kecil. Harus benar-benar dimanfaatkan. Jangan hanya mengejar kuantitas koperasi, tapi pastikan kualitasnya. Siapkan manajernya, pengawasnya, pelatihannya. Karena keberhasilan koperasi bergantung pada orang-orang yang menjalankannya,” tegasnya.

Dengan pendekatan yang tepat dan partisipasi aktif masyarakat desa, koperasi dapat menjadi motor utama dalam mendorong hilirisasi, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan bahkan membuka peluang ekspor produk lokal. Namun semuanya bergantung pada bagaimana desa merespons peluang ini secara serius dan terstruktur.

“Kalau koperasi ini hanya berdiri tanpa arah, ya pasti gagal. Tapi kalau desa siap, punya data, tahu potensinya, dan dikelola dengan baik, saya yakin koperasi bisa jadi kekuatan ekonomi yang luar biasa,” pungkas Dr. Alamzah.

(Rahmatia Ardi / Unhas.TV)