Kesehatan
News
Tahukah Kamu?

Mana Lebih Sehat Tidur Siang 30 Menit atau 1 Jam?

UNHAS.TV - Di tengah padatnya aktivitas harian, tidur siang kerap menjadi oase singkat yang menenangkan. Sebagian orang merasa cukup dengan rebahan 20–30 menit, sementara yang lain baru merasa segar setelah memejamkan mata lebih dari satu jam.

Pertanyaannya: berapa lama sebenarnya tidur siang yang sehat bagi tubuh?

“Durasi bukan satu-satunya indikator kualitas tidur,” kata dr. Muhammad Iqbal Basri, M.Kes., Sp.S, dokter spesialis saraf Universitas Hasanuddin, saat ditemui di Makassar pekan lalu.

Menurutnya, tidur siang sebaiknya tidak sekadar dilihat dari hitungan menit, melainkan dari bagaimana seseorang bisa menenangkan diri dan melepaskan beban pikiran. “Kalau pikiran rileks, tidur singkat pun bisa memberi efek besar,” ujarnya.


Tidur dan Siklus Tubuh

Secara alami, tubuh manusia mengenal dua periode utama mengantuk: pertama pada malam hari dan kedua sekitar pukul 13.00–15.00 siang. Pada jam inilah kadar energi menurun, konsentrasi melemah, dan kantuk datang menghampiri.

Di banyak budaya, tidur siang sudah menjadi kebiasaan, dari tradisi siesta di Spanyol hingga kebiasaan qailulah dalam masyarakat Arab.

Namun, seiring meningkatnya kesibukan, durasi tidur siang kerap menjadi perdebatan. Apakah 30 menit cukup, atau justru satu jam lebih optimal?

Iqbal menjelaskan, tidur singkat sekitar 20–30 menit disebut sebagai power nap. Jenis tidur ini ideal untuk memulihkan energi, memperbaiki atensi, serta membuat pikiran lebih fokus tanpa mengganggu tidur malam.

“Tidur 30 menit itu sudah cukup untuk recharge. Tubuh terasa segar tanpa rasa pusing,” katanya.

Sebaliknya, tidur siang lebih dari satu jam bisa membawa tubuh masuk ke fase tidur dalam (slow-wave sleep). Efeknya, ketika bangun, sebagian orang merasa berat di kepala atau malas bergerak.

Selain itu, tidur terlalu lama berpotensi mengganggu jam tidur malam, terutama bagi mereka yang sudah punya masalah insomnia.

Manfaat dan Risiko

Meski begitu, tidur siang tetap membawa banyak manfaat. Iqbal menyebutkan, tidur singkat terbukti dapat meningkatkan daya ingat, mengurangi stres, menjaga kesehatan jantung, bahkan memperbaiki suasana hati.

Penelitian dari NASA terhadap pilot militer menunjukkan, tidur siang 26 menit mampu meningkatkan performa kewaspadaan hingga 54 persen.

Namun, ia mengingatkan agar tidak berlebihan. “Kalau tidur siang sampai dua jam, bukannya segar malah bisa menurunkan produktivitas,” kata Iqbal.

Tidur terlalu lama di siang hari juga bisa menjadi gejala gangguan kesehatan lain, seperti sleep apnea atau depresi.

Bagi sebagian orang, terutama pekerja kantoran atau mahasiswa, tidur siang kadang dianggap kemewahan. Rutinitas padat membuat mereka sulit menyisihkan waktu.

Padahal, kata Iqbal, cukup tidur singkat 15–30 menit di sela aktivitas dapat membantu otak bekerja lebih optimal.

Di Jepang, praktik tidur siang singkat bahkan dilembagakan dalam budaya kerja. Istilahnya inemuri, yakni “tidur sambil hadir”, yang menandakan pekerja sudah bekerja keras.

Sementara di Indonesia, kebiasaan tidur siang masih sering diasosiasikan dengan kemalasan, padahal manfaat kesehatannya tak bisa disepelekan.

Tips Tidur Siang yang Efektif

Agar tidur siang memberi manfaat maksimal, ada beberapa hal yang bisa diperhatikan:

1. Atur durasi. Pilih 20–30 menit untuk sekadar menyegarkan pikiran. Jika butuh lebih lama, pastikan tidak melebihi 60 menit.

2. Pilih waktu tepat. Tidur siang terbaik antara pukul 13.00–15.00, saat tubuh memang alami mengalami penurunan energi.

3. Ciptakan suasana nyaman. Cari ruangan tenang, redup, dan sejuk. Matikan gawai agar tidak terganggu.

4. Jangan langsung tidur setelah makan berat. Beri jeda sekitar 30 menit agar tubuh tidak terasa kembung.

5. Bangun perlahan. Setelah tidur singkat, lakukan peregangan ringan untuk mengurangi rasa kantuk sisa.

Jadi, mana yang lebih sehat: tidur siang 30 menit atau satu jam? Menurut Iqbal, jawabannya bergantung pada kebutuhan masing-masing orang.

Namun, secara umum, tidur singkat sekitar 20–30 menit lebih direkomendasikan karena cukup memberi energi tanpa mengganggu pola tidur malam.

“Tidur siang itu bukan soal berapa lama, tapi seberapa rileks kita menjalaninya,” ujar Iqbal menutup perbincangan.

Dalam hiruk pikuk aktivitas sehari-hari, mungkin ada baiknya kita meluangkan waktu sejenak untuk menutup mata. Sebab, di balik tidur singkat itu, tersimpan cara sederhana menjaga kesehatan otak, jantung, dan jiwa. (*)

(Zulkarnaen Jumar Taufik / Muh. Syaiful / Unhas.TV)