News
Sport

Marcus Rashford, Dua Gol, dan Senyapnya Stadion St James’ Park



Striker Barcelona FC Marcus Rashford saat mencetak gol ke gawang Newcastle United di Liga Champions, Jumat (19/9/2025) dini hari. (screenshot the sun)


Namun semua berubah di menit 58. Dari sisi kanan, Jules Kounde melepaskan umpan silang matang. Rashford yang berlari dari lini kedua menyundul bola ke pojok gawang. Fabien Schär, bek Newcastle, gagal mengawalnya.

Seketika stadion terdiam. Hanya suara kecil dari sudut tribun tamu yang terdengar: para pendukung Barca yang jauh-jauh datang dari Catalunya.

Lima menit kemudian, Rashford kembali mengoyak jala Newcastle. Gol kedua ini lahir dari aksi individu. Rashford menggiring bola, mengecoh Sandro Tonali, lalu melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Bola sempat membentur Burn sebelum menghantam mistar dan masuk. 

Dua gol yang menegaskan, Rashford masih punya napas panjang di panggung Eropa. Meski dia telah dibuang Manchester United.

Anthony Gordon sempat memperkecil ketertinggalan di menit akhir. Gol pertamanya setelah 20 laga tanpa mencetak angka memberi secercah harapan. Namun waktu tak cukup. Barca pulang membawa kemenangan 2-1.

Bagi Newcastle, kekalahan ini bukan akhir dunia. Mereka masih punya peluang di fase grup. Namun, bayangan tentang pesta besar di malam comeback Liga Champions terpaksa sirna.

Untuk Rashford, malam ini justru jadi awal baru. Momen di St. James’ Park menegaskan paradoks Rashford. Dari pemain muda pujaan publik Old Trafford, ia sempat jadi kambing hitam di bawah sejumlah manajer United, dari Erik ten Hag hingga Ruben Amorim.

Konsistensi yang rapuh, sikap di luar lapangan, hingga produktivitas yang menurun membuatnya jadi bahan kritik hingga ia dipinjamkan. Musim lalu ia bermain di Aston Villa.

Barcelona mengambil risiko saat meminjamnya. Klub sebesar Barca tentu tak ingin sekadar menambal skuad. Mereka butuh sosok yang bisa memberi ledakan.

Dan malam di Newcastle itu adalah jawabannya. Rashford bukan sekadar menambah angka di papan skor. Ia menegaskan bahwa dirinya belum habis.

Hansi Flick, pelatih Barca, terlihat puas. Rashford kini punya alasan untuk berjalan dengan dada terangkat. “Ia bermain seperti seorang pemain Barca sejati,” komentar salah satu media Spanyol.

Kemenangan ini juga punya makna simbolis bagi Barca. Mereka terakhir kali tampil di Liga Champions di tanah Inggris pada 2019, saat tumbang menyakitkan dari Liverpool di semifinal.

Malam di Anfield itu masih menghantui. Kini, di panggung berbeda, mereka menorehkan kisah yang lebih manis. St James Park mereka taklukkan.

Bagi Newcastle, kekalahan ini jadi pengingat bahwa perjalanan menuju papan atas Eropa masih panjang. Nama besar, stadion penuh, dan dukungan finansial belum cukup untuk menaklukkan raksasa seperti Barca.

Setelah pertandingan, Rashford melangkah keluar lapangan dengan wajah tenang. Tidak ada selebrasi berlebihan. Hanya sapaan kecil ke arah suporter Barca yang berdiri di tribun atas.

Di ruang ganti, ia mungkin tahu: malam ini adalah miliknya. Malam ketika St. James’ Park, stadion yang biasanya gegap gempita, mendadak sunyi oleh dua kali sentuhan kaki dan kepalanya.

Dan bagi para pengkritiknya, dua gol Rashford di Newcastle adalah pesan singkat tapi tegas. Ia masih di sini, dan belum selesai. (*)