Mahasiswa
Unhas Story

Menembus Batas Negeri: Kisah Abdi Ardiansyah, Mahasiswa Hukum Unhas yang Bersuara di Forum Dunia




Abdi Ardiansyah, Mahasiswa Berprestasi Utama Fak Hukum Unhas 2025 (dok unhas.tv)


Dua tahun berselang, Abdi kembali ke Amerika Serikat lewat Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) Academic Fellowship Program, beasiswa bergengsi yang diinisiasi mantan Presiden AS, Barack Obama.

Selama lima minggu, ia ditempatkan di Western Washington University dengan fokus pada tema Society and Governance.

Kelas internasional, kunjungan ke Mahkamah Agung, Capitol Hill, bahkan White House, menjadi pengalaman berharga yang ia rasakan.

Yang paling berkesan bagi Abdi adalah tinggal bersama host family, seorang profesor di universitas setempat.

“Itu impian sejak SMA yang baru kesampaian. Saya dijemput, diajak jalan-jalan, bahkan banyak belajar langsung dari ibu angkat saya,” tuturnya.

Dari YSEALI, Abdi belajar tentang budaya apresiasi. “Sekecil apapun tindakan orang lain, mereka selalu bilang thank you. Hal sederhana, tapi membuat hubungan lebih hangat,” katanya.

Ia juga membandingkan sistem tata kelola di AS dan Indonesia. “Kalau di Indonesia, program banyak ditangani kementerian. Di AS, pemerintah federal memberi dana, lalu organisasi sosial yang menjalankan. Jadi peran NGO sangat besar,” jelasnya.

Menariknya, Abdi tidak sendirian dalam menapaki jalan prestasi. Bersama teman-teman seangkatan, ia punya “tongkrongan” bernama Maspul.

“Awalnya cuma nama kos, tapi kemudian jadi tempat kami saling berbagi informasi beasiswa dan program luar negeri. Misalnya ada yang dapat info penelitian UNESCO, kita daftar bareng-bareng. Kalau ada yang lolos, kita saling dukung,” ujar Abdi.

Dari tongkrongan sederhana itu lahirlah solidaritas akademik yang membentuk jaringan prestasi.

Presiden ILSA Unhas

Selain menorehkan prestasi personal, Abdi juga berperan aktif di kampus. Ia kini menjabat sebagai Presiden International Law Students Association (ILSA) Chapter Unhas, organisasi mahasiswa yang berfokus pada hukum internasional.

“ILSA adalah organisasi pertama yang menerima saya waktu jadi maba. Dari situ saya banyak belajar, banyak kesempatan. Jadi sekarang giliran saya memberi dampak balik,” ungkapnya.

Misinya sederhana: memastikan anggota ILSA mendapat akses informasi dan mentoring agar bisa menembus program internasional.

“Rata-rata program luar negeri butuh esai dan wawancara. Jadi kami latih teman-teman untuk crafting essay yang bagus dan percaya diri menghadapi interview,” jelasnya.

Memimpin organisasi lintas angkatan tentu bukan hal mudah. Konflik internal kerap muncul, namun Abdi memandangnya sebagai proses pembelajaran.

“Yang penting bagaimana kita menjadi mediator, memanajemen konflik, bukan menghindarinya,” katanya bijak.

Ia bermimpi agar mahasiswa hukum Unhas semakin banyak dikenal di kancah global. “Kita punya potensi besar. Tinggal bagaimana membuka akses informasi dan memberi ruang bagi anak muda untuk berkembang,” ujarnya.

Dari Bulukumba ke Brisbane, dari Makassar ke New York, langkah Abdi Ardiansyah menunjukkan bahwa keterbatasan geografis bukanlah halangan.

Justru pengalaman tumbuh di daerah membuatnya peka terhadap isu kesenjangan akses, yang kini menjadi fokus perjuangannya.

Di balik segudang prestasi, Abdi tetap menempatkan diri sebagai pembelajar. “Yang penting jangan berhenti mencari peluang, jangan takut gagal, dan selalu siap beradaptasi dengan lingkungan baru,” pesannya.

Bagi mahasiswa lain, kisah Abdi adalah bukti bahwa dunia tidak sejauh yang dibayangkan. Selama ada keberanian mencoba dan konsistensi belajar, kesempatan bisa datang kapan saja.

Di usianya yang masih belia, Abdi sudah menyuarakan gagasan di forum internasional, belajar langsung dari profesor Amerika, hingga memimpin organisasi mahasiswa bergengsi. Namun yang paling penting, ia tetap kembali membawa dampak nyata ke tanah kelahirannya.

Kisah Abdi bukan sekadar catatan prestasi pribadi. Ia adalah gambaran generasi muda Indonesia yang berani menembus batas negeri, menyuarakan aspirasi, dan membawa nama baik kampus serta bangsa ke panggung dunia. (*)