Mahasiswa
Unhas Story

Menembus Batas Negeri: Kisah Abdi Ardiansyah, Mahasiswa Hukum Unhas yang Bersuara di Forum Dunia

UNHAS.TV - Usianya baru menginjak 21 tahun, namun jejak langkahnya sudah menembus forum-forum internasional bergengsi. Dari Australia hingga Amerika Serikat, sosok muda ini hadir membawa aspirasi generasi muda Indonesia.

Ia adalah Abdi Ardiansyah, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (Unhas). Masih muda, tapi sudah melanglang buana. 

Namun perjalanan itu tidak lahir secara instan. Abdi, putra asli Bulukumba, Sulawesi Selatan, awalnya hanya seorang siswa IPA yang terbiasa ikut lomba olimpiade sains sekaligus gemar berdebat.

Kedua minat itu membawanya ke persimpangan saat memasuki bangku perkuliahan. Pilihannya saat itu, Fakultas Kedokteran atau Fakultas Hukum.

“Waktu itu pilihan pertama kedokteran, hukum pilihan kedua. Tapi akhirnya keterimanya di hukum. Enggak ada kecewa sama sekali karena memang saya suka dua-duanya,” kenang Abdi sambil tersenyum.

Fakultas Hukum Unhas ia pilih bukan tanpa alasan. Jumlah profesor yang banyak, reputasi akademik yang kuat, dan letak yang masih dekat dari kampung halaman membuat hatinya mantap.

“Selain itu, orang tua juga tidak pernah memaksa untuk pilihan kuliah. Semua keputusan saya yang ambil,” ujarnya.

Abdi termasuk angkatan yang merasakan transisi besar akibat pandemi. Lulus SMA tahun 2020, ia sempat mengambil gap year sebelum akhirnya resmi menjadi mahasiswa pada 2021. Masa awal kuliahnya masih diwarnai pembelajaran daring.

Ekspektasinya tentang kuliah hukum pun sempat keliru. “Awalnya saya pikir harus hafal pasal-pasal. Ternyata kunci utama di hukum itu critical thinking, analisis masalah, dan decision making,” kata Abdi.

Kesadaran itu menjadi pondasi penting yang kelak ia bawa dalam perjalanan akademik dan sosialnya.

Kesempatan Pertama: Australia Awards

November 2022 menjadi titik awal Abdi mengenal dunia internasional. Ia lolos menjadi salah satu dari 25 penerima beasiswa kursus singkat Australia Awards, sebuah program yang digelar langsung oleh pemerintah Australia.

“Waktu itu saya belum resmi jadi mahasiswa Unhas. Bahkan surat rekomendasinya bukan dari kampus, tapi dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, karena saya aktif di Forum Anak,” ujarnya.

Di usia 19 tahun, Abdi menjadi peserta termuda di antara delegasi lain yang sudah berprofesi sebagai hakim hingga ASN kementerian. Kursus selama dua minggu di Queensland University of Technology, Brisbane, dan RMIT University, Melbourne, membuka mata Abdi.

“Di sana saya lihat mahasiswa sangat rajin baca, dosennya juga care sekali. Bahkan setelah kelas selesai, mereka tetap mau menjelaskan pertanyaan mahasiswa. Itu budaya akademik yang luar biasa,” katanya.

Program bertema Youth Participation and Social Justice Issues itu juga menginspirasi Abdi untuk mengangkat proyek sosial di kampung halamannya, Bulukumba. Ia membuat program mentoring beasiswa dan lomba untuk pelajar desa.

“Saya tahu betul rasanya tidak terpapar informasi. Jadi saya ingin anak-anak di desa juga punya akses informasi yang sama,” jelasnya.

Tahun berikutnya, April 2023, Abdi kembali menembus batas negeri. Kali ini ia menjadi salah satu dari empat delegasi Indonesia di United Nations ECOSOC Youth Forum di New York, Amerika Serikat.

Prosesnya tidak mudah. Ia harus mendaftar langsung di situs resmi PBB, lalu mengikuti seleksi yang difasilitasi Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Dari sekian banyak pendaftar, hanya empat orang yang lolos. Ada alumni Columbia University, mahasiswa UI, mahasiswa UIN Jakarta, dan Abdi dari Unhas.

Di forum tahunan itu, Abdi menyuarakan pentingnya keterlibatan pemuda dalam politik dan kebijakan publik. Ia juga menekankan pengalaman grassroots yang pernah ia jalani melalui Forum Anak dan Parlemen Remaja DPR RI.

“Di sana saya belajar bagaimana mem-branding Indonesia. Bahwa kita punya banyak hal baik yang harus disampaikan di forum dunia,” ujarnya.

Jejak di Negeri Paman Sam

>> Baca Selanjutnya