Sepasang anak itu dimandikan, dibasahi rambutnya, diusap-usap, dan dikenakan pakaian yang bagus. Semua yang hadir mendoakan mereka. Setelah itu, semuanya menyalami mereka lalu menyuapkan makanan, kemudian memberikan pasali, berupa amplop berisi bantuan.
Mengapa di bulan Muharram? Seorang ulama bercerita, ada banyak pesan yang hendak dititipkan dari generasi ke generasi. Dia menyebut banyaknya anak-anak yang yatim saat Husain, cucu Rasulullah, meninggal di Karbala, sekitar 14 abad silam. Di antara anak yatim itu adalah Ali Zainal Abidin.
Ali Zainal Abidin harus tetap hidup untuk melanjutkan risalah kebaikan dari ayah, kakek, dan kakek buyutnya. Ali Zainal Abidin mengemban tugas yang berat sehingga dia perlu didukung dan dikuatkan. Dia perlu dibangkitkan semangatnya agar tetap membawa risalah agama Islam.
Dalam buku Haroa dan Orang Buton, yang ditulis Kamaluddin dkk, haroa saat Muharram memiliki makna yang mendalam. Konon, tradisi ini muncul di era pemerintahan Sultan Muhammad Idrus Kaimuddin (1824-1851). Pernah, satu masa Sultan Idrus Kaimuddin bertanya pada orang dekatnya:
“Padamo sambaheya komiu?” Apakah kalian sudah sembahyang? tanyanya.
“Padamo Waopu”. Sudah Baginda.
“Komanga ana maelu yi tangana kampo siro padhamo abawakea hakuna?”
Bagaimana anak yatim di tengah kampung, apakah mereka sudah diberikan haknya?
Semua menjawab belum. Saat itu juga, Sultan Idrus membacakan Surah Al Maun 1-7. “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Yakni orang yang menghardik anak yatim, dan tidak memberi makan orang miskin....”
Mulai saat itulah, semua anak yatim akan disantuni setiap 10 Muharram. Mereka diperlakukan bak raja. Semua orang tergerak untuk menyantuni mereka, sekaligus membersihkan jiwa (pekangkilo).
Pesan Tersirat
Dulu, ritual haroa pekandeana ana-ana maelu dilakukan di rumah warga. Kini, ritual ini dilakukan secara kolosal oleh pemerintah daerah, yang dilakukan secara kolosal di satu aula, dan menghadirkan ratusan anak yatim.
Di satu media online, saya membaca liputan tentang Pemerintah Kabupaten Buton dan Pemerintah Kota Baubau yang menggelar ritual di aula Rujab Bupati dan Walikota, serta menghadirkan Syara dari Masjid Agung Keraton Buton.
>> Baca Selanjutnya