Mahasiswa
Unhas Story

Mengejar Mimpi di Balik Helm dan Hazmat, Jejak Medali Emas Fauzan Idha dari Pimnas 2024 (1)

UNHAS.TV - Muhammad Fauzan Idha bukanlah nama yang asing bagi lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Di mata dosen dan kawan-kawannya, mahasiswa semester enam ini bukan sekadar pelajar biasa.

Ia adalah manifestasi dari semangat akademik yang berpadu dengan idealisme sosial. Di kampus merah itu, Fauzan dikenal bukan hanya karena Indeks Prestasi Kumulatifnya yang tembus 3,91, tapi juga karena jejaknya di ajang-ajang ilmiah nasional hingga internasional.

Fauzan, mahasiswa angkatan 2022 jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), awalnya tidak tahu bahwa dirinya akan berkecimpung dalam dunia kesehatan masyarakat.

“Saya cari jurusan saintek yang tidak terlalu bermain di angka dan kimia. Lalu ketemu K3,” katanya sambil tertawa kecil saat ditemui Unhas TV dalam program Unhas Story.

Ia menyusuri peta prodi di SBMPTN, dan di sanalah ia pertama kali mengenal bahwa Kesehatan Masyarakat yang terdiri dari tujuh departemen. Salah satunya: K3.

Di antara pilihan itu, K3-lah yang paling sesuai dengan minat dan kompetensinya. “Saya ingin jadi safety officer, orang yang memastikan pekerja bisa pulang dengan selamat ke rumahnya,” ujarnya usai mengikuti kelas di kampus FKM Unhas, Tamalanrea.

Gambaran itu bukan sekadar angan. Ia menyebut bahwa ekspektasinya soal dunia kampus—yang lebih banyak praktik ketimbang teori—cukup terbayar.

Ia dan rekan-rekannya sempat mengunjungi industri secara langsung, belajar bagaimana implementasi K3 dilakukan di lapangan.

Namun bukan berarti perjalanannya mulus-mulus saja. Mahasiswa di jurusan Kesmas dituntut untuk kerap berinteraksi dengan masyarakat.

“Energinya harus dibagi dengan cermat. Kita harus bisa membuat masyarakat nyaman saat kita edukasi,” katanya.

Bagi Fauzan, itu tantangan sekaligus pelajaran paling berharga. Ia belajar mendengarkan, memahami, dan membangun empati.

Salah satu strateginya untuk menjaga ritme energi itu adalah kerja tim. “Biasanya di proyek-proyek lapangan, kami atur jadwalnya. Misalnya pagi teman saya yang turun duluan, siangnya saya yang ambil bagian,” katanya.

Strategi sederhana itu ia imbangi dengan disiplin waktu dalam akademik. Sejak SMA, Fauzan terbiasa menyelesaikan tugas pada hari yang sama. “Agar saya bisa tetap ikut kegiatan luar kampus tanpa ganggu tugas,” ucapnya.

Disiplin dan semangat itu pula yang mengantar Fauzan menjejak podium tertinggi Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37 di Universitas Airlangga tahun 2024 lalu.

Ia tergabung dalam tim yang memberdayakan narapidana remaja di Lapas Kelas I Makassar melalui intervensi berbasis kognitif, afeksi, dan perilaku.

“Kami diskusi lebih dari 300 hari, latihan tanya jawab sampai tidur di laboratorium peternakan kampus,” kenangnya.

Hasilnya tidak mengecewakan. Fauzan dan timnya meraih gold medalist. Sebuah pencapaian yang menurutnya jauh dari dugaan.

“Saya sih targetnya paling tidak top 3. Tapi saat pengumuman, ternyata kami dapat emas. Itu air mata bahagia,” ujarnya.

Tekanan berat sempat menyelimuti, sebab Unhas menargetkan juara umum. Mereka dikarantina selama lima hari penuh untuk latihan intens di hotel.

Tak hanya di kancah nasional, Fauzan juga bersinar dalam lomba karya tulis ilmiah International Health Student Competition and Conference 2024.

Padahal, ia baru tahu info lombanya tiga hari sebelum tenggat pengumpulan paper. Dengan waktu sempit, ia menghubungi Wakil Dekan FKM dan dibimbing oleh dosen Arifah.

“Saya selesaikan semuanya dalam dua atau tiga hari. Bahkan pengumuman lolos pun saya baru tahu tengah malam lewat spam email,” katanya.

Waktu persiapan menuju babak final begitu terbatas. Tapi Fauzan berhasil menyusun naskah presentasi dan PowerPoint hingga dini hari.

Esoknya ia tampil dengan tenang, dan saat pengumuman juara, namanya kembali diumumkan sebagai pemenang pertama. “Menurut saya, karena latar belakang masalahnya sangat spesifik dan relevan,” kata dia.

Bagi Fauzan, prestasi bukan sekadar soal piala dan piagam. Tapi tentang pembuktian bahwa anak-anak muda dari timur pun bisa menembus panggung nasional bahkan global.

Di balik jas lab dan helm K3, ada seorang pemuda yang membawa semangat besar untuk membuat lingkungan kerja di Indonesia lebih aman dan manusiawi. “Kalau bisa bantu orang pulang kerja dengan selamat, itu sudah cukup buat saya,” katanya pelan, tapi mantap.

Apakah cita-citanya akan terwujud dalam waktu dekat? Mungkin belum. Tapi kalau melihat rekam jejaknya sejauh ini, jalan menuju masa depan tampak sudah terbuka lebar.

(Rizka Fraja / Unhas.TV)