UNHAS.TV - Maluku dikenal sebagai wilayah yang kaya akan tradisi, salah satunya adalah budaya Sasi Gereja, sebuah bentuk peraturan adat yang berkembang seiring dengan kehadiran Gereja Protestan Maluku (GPM).
Sasi Gereja Protestan Maluku (GPM) adalah tradisi lokal yang menggabungkan adat istiadat dengan kepercayaan gereja untuk melestarikan sumber daya alam di Maluku.
Tradisi Sasi merupakan larangan adat yang membatasi masyarakat untuk mengambil hasil alam baik dari laut maupun darat sebelum waktu yang ditentukan.
"Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan alam dan memastikan sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh generasi berikutnya," kata Demianus Nauwe saat ini menjabat sebagai Ketua BPD Negeri Nuniali.
Sasi Gereja mulai diterapkan di berbagai wilayah Maluku untuk mencegah kerusakan lingkungan. Beberapa contoh penerapannya adalah pada "Sasi kelapa" yang mencegah pengambilan hasil kelapa sebelum waktu yang disepakati.
"Ada juga Sasi Laut untuk menjaga kelestarian hasil laut seperti ikan dan terumbu karang agar tidak terjadi eksploitasi berlebihan," jelas Demianus Nauwe.
TANDA POHON. Salah satu contoh kearifan lokal dalam menjaga lingkungan dari Sasi Gereja, pohon kelapa ditandai agar pohon tidak ditebang di Negeri Nuniali, Kecamatan Naniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku. (dok unhas.tv)
Dengan menerapkan Sasi, masyarakat dilarang menangkap ikan atau mengumpulkan hasil laut di area tertentu selama periode yang ditetapkan. Perilaku ini memungkinkan ekosistem laut untuk pulih dan menjaga keberlanjutan sumber daya.
Kemudian "Sasi minuman keras" yang bertujuan untuk mengurangi konsumsi alkohol di kalangan masyarakat yang berpotensi menyebabkan gangguan sosial, kesehatan, dan kriminalitas.
Larangan ini membantu mencegah penyalahgunaan alkohol yang bisa merusak tatanan kehidupan sosial dan meminimalisir efek buruk pada masyarakat, seperti kekerasan atau kecelakaan.
Sebagai bagian dari gereja, tradisi ini dikelola oleh para pemuka agama Kristen yang bekerja sama dengan masyarakat adat. Hal ini menjadi simbol kolaborasi antara nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal untuk melestarikan alam.
"Kami tidak hanya melestarikan tradisi, tapi juga melindungi alam dan memastikan bahwa anak cucu kita bisa menikmati kekayaan ini," kata seorang pendeta dari GPM, Jefri Kamalatu.
Selain itu, tradisi ini juga melibatkan kegiatan seperti penanaman pohon dan pembersihan lingkungan secara berkala, yang dilakukan oleh jemaat dan masyarakat setempat. Melalui Sasi Gereja, Maluku menunjukkan bagaimana tradisi dapat berperan penting dalam pelestarian lingkungan.
Sasi Gereja bukan hanya sekadar tradisi adat, melainkan bentuk nyata dari konservasi lingkungan berbasis komunitas. Melalui kolaborasi antara gereja dan masyarakat adat, tradisi ini berhasil menjaga keberlanjutan sumber daya alam di Maluku. (*)
(Venny Septiani Semuel / Unhas TV)