Unhas Speak Up

Menjaga Warisan, Menatap Masa Depan, Pesan Prof Idrus A Paturusi untuk Unhas


Rektor Unhas Periode 2006-2014 Prof Dr dr Idrus A Paturusi SpB SpOT-K. (dok unhas.tv)


Satu kalimat, dua semangat: efisiensi fiskal dan keadilan akses pendidikan. Lebih dari itu, perhatian Prof. Idrus juga tertuju pada pengembangan fisik kampus yang fungsional.

Ia memelopori pembangunan Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Gigi dan Mulut. Kawasan hutan pendidikan yang sebelumnya terabaikan ia ubah menjadi teaching forest. Bahkan bukan hanya sebagai ruang riset, tetapi juga tempat rehabilitasi sosial bagi mantan pecandu narkotika.

“Saya cita-citakan semuanya bisa jadi teaching. Setiap sudut kampus harus punya fungsi yang hidup dan terhubung dengan misi pendidikan,” ucapnya.

Visi itulah yang melatari proyek ambisiusnya: pengadaan lahan seluas 40 hektar untuk pengembangan Fakultas Teknik (Gowa), dengan nilai investasi fantastis, Rp1,2 triliun. Baginya, tanah dan bangunan bukan sekadar aset diam, melainkan infrastruktur intelektual.

Kini, melihat geliat kampus ke arah yang maju, seperti ekspansi Unhas ke Jakarta hingga inisiasi kampus-kampus cabang di daerah, Prof. Idrus tetap bersuara bijak.

“Jalan yang ditempuh rektor sekarang sudah baik. Beliau sudah bekerja keras. Mudah-mudahan pengembangan kampus ke daerah-daerah menjadi jalan untuk masa depan Unhas yang lebih luas dan berdampak bagi masyarakat,” ujar mantan dekan Fakultas Kedokteran ini.

Namun, di balik pujian itu, terselip ajakan reflektif. Bahwa membangun kampus bukan perkara meletakkan batu demi batu, melainkan bagaimana memastikan setiap ruang dan nilai hidup di dalamnya.

Kampus, kata Prof. Idrus, adalah organisme yang tumbuh karena daya hidup warganya. Tanpa komitmen kolektif, bahkan bangunan megah pun hanya menjadi cangkang kosong.

“Kalau kita hanya menjaga tanpa menghidupkan fungsinya, kampus akan jadi museum. Aset Unhas itu harus bernyawa, harus terus memberi manfaat,” pungkasnya.

Dalam dunia yang terus berubah, warisan tidak bisa hanya dilestarikan. Ia harus diaktifkan, diperluas, dan dikaitkan dengan masa depan.

Dan Prof. Idrus, dengan gaya khasnya yang tenang namun penuh bobot, telah memberi cetak biru tentang bagaimana kampus harus melangkah: bukan hanya ke depan, tapi juga ke dalam. (*)

(Zahra Tsabitha Sucheng / Unhas.TV)