Sosial

Menteri PPPA: Mayoritas Kasus Kekerasan Seksual Tak Dilaporkan, Sebut Unhas Jadi Mitra Strategis

MAKASSAR, UNHAS.TV - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, Arifah Fauzi, menyoroti angka kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus yang tinggi namun korban jarang melaporkan.

Hal itu diungkapkan Menteri Arifah Fauzi dalam kuliah umum di Arsjad Rasjid Lecture Theatre, kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sabtu (24/5/2025).

Menteri Arifah menekankan pentingnya peran Unhas sebagai mitra strategis dalam memperkuat penanganan kasus kekerasan seksual dan mewujudkan kampus yang aman dan inklusif.

Ia kemudian memaparkan tiga program prioritas Kementerian PPPA yang dirancang untuk mengatasi masalah ini: Ruang Bersama Indonesia, perluasan pemanfaatan layanan call center Kami Sapa 129, dan pengembangan Satu Data Perempuan dan Anak yang Berbasis Desa.

Menteri juga menegaskan perlunya kolaborasi dari semua pihak dalam upaya penanganan kekerasan. Ia mencatat bahwa meningkatnya jumlah kasus yang kini terungkap menunjukkan keberanian korban untuk berbicara.

Arifah berharap mahasiswa juga mengambil peran aktif, setidaknya dengan saling menjaga diri dan lingkungan kampus demi terwujudnya Indonesia Emas 2045.

"Semua punya kewajiban dan tanggung jawab sama," tegas Menteri Arifah Fauzi, menegaskan komitmen untuk meminimalisir kekerasan perempuan di mana pun dan kapan pun.

Kuliah umum dimoderatori Prof Dr Farida Patittingi SH MHum, Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia, Alumni, dan Sistem Informasi Unhas sekaligus Ketua Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Unhas, terungkap data mengejutkan.

"Berdasarkan survei Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2020, sebanyak 77% dosen menyatakan bahwa kekerasan seksual pernah terjadi di lingkungan kampus mereka, dan sekitar 63% dari kasus tersebut tidak pernah dilaporkan," ungkap Prof Farida.

Ia menambahkan bahwa data ini menjadi indikasi kuat adanya krisis kepercayaan terhadap mekanisme perlindungan yang ada, serta rendahnya jaminan keamanan bagi para korban yang ingin bersuara.

Puji Peran Satgas di Unhas

Lebih jauh Menteri PPPA menyampaikan juga apresiasinya terhadap Unhas. "Sebetulnya ini lebih kepada silaturahmi, menyapa teman-teman yang ada di kampus, baik pejabat maupun mahasiswanya, dan ternyata di kampus ini kekerasan yang terjadi juga langsung disikapi," ujarnya.

Ia melanjutkan, "Ini juga sebetulnya harapan kami, jadi kita ingin meningkatkan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak, salah satunya Universitas Hasanuddin."

Menteri secara khusus memuji Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Unhas sebagai salah satu yang terbaik.

Menyambut baik hal tersebut, Rektor Unhas, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc, menyatakan harapan agar jejaring satgas dapat terus diperkuat dan mengambil pelajaran dari pengalaman yang sudah ada.

"Harus berdasarkan komitmen yang kuat karena bagaimanapun juga ini adalah program baru," kata Rektor.

Ia juga menekankan pentingnya pendekatan yang lebih agresif untuk menjangkau korban yang belum berani bersuara.

"Saya kira hari ini kita bisa belajar banyak bahwa banyak sekali korban yang tidak bicara, ini harus ada pendekatan baru, ada upaya lebih agresif lagi untuk kita bisa menjangkau mereka, memberikan mereka kesempatan, dan terutama preventif semaksimal mungkin termasuk efek jera," tambahnya.

Rektor Unhas turut memohon dukungan dari Menteri PPPA agar isu kekerasan seksual ini tidak lagi dianggap sepele.

"Mohon dukungan Bu Menteri, bahwa ini tidak boleh lagi dianggap biasa, sekarang kita semua mesti hati-hati, jangan berbuat ketidaknyamanan pada kaum perempuan dan anak," tutupnya.

(Amina Rahma Ahmad / Unhas.TV)