MAKASSAR, UNHAS.TV - Basil dan kemangi adalah dua jenis tanaman herbal yang sering digunakan dalam kuliner, pengobatan tradisional, dan bahkan sebagai tanaman hias.
Meskipun keduanya memiliki kemiripan dalam penampilan dan aroma, basil dan kemangi memiliki perbedaan yang signifikan dari segi botani, rasa, aroma, dan penggunaannya.
Tulisan ini akan menguraikan perbedaan utama antara basil dan kemangi, didukung oleh referensi ilmiah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam.
1. Definisi dan Klasifikasi Botani
- Basil: Basil adalah nama umum untuk tanaman Ocimum basilicum, yang termasuk dalam keluarga Lamiaceae (keluarga mint). Tanaman ini dikenal sebagai "sweet basil" dalam bahasa Inggris dan memiliki banyak varietas, seperti basil Genovese, basil Thai, dan basil lemon. Basil berasal dari daerah tropis Asia dan Afrika dan telah dibudidayakan selama ribuan tahun.
- Kemangi: Kemangi di Indonesia umumnya merujuk pada Ocimum × citriodorum (lemon basil) atau *Ocimum americanum*, meskipun dalam beberapa konteks lokal, kemangi bisa juga merujuk pada *Ocimum basilicum*. Kemangi dikenal dengan aroma citrus yang khas, terutama pada varietas lemon basil, dan sering digunakan dalam masakan Asia Tenggara.
Referensi Ilmiah: Menurut Simon et al. (1999) dalam "Herbs: An Indexed Bibliography", Ocimum basilicum memiliki variasi genetik yang luas, yang menyebabkan perbedaan dalam profil kimia dan aroma antar varietas. *Ocimum × citriodorum* adalah hibrida yang menghasilkan senyawa seperti citral, yang memberikan aroma lemon yang khas (Paton et al., 1996).
2. Perbedaan dalam Aroma dan Rasa
- Basil: Basil, khususnya Ocimum basilicum (sweet basil), memiliki aroma yang manis, sedikit pedas, dengan sentuhan mint dan cengkeh. Komponen kimia utama dalam basil adalah linalool, eugenol, dan 1,8-cineole, yang memberikan rasa hangat dan sedikit manis. Varietas seperti Thai basil (Ocimum basilicum* var. thyrsiflora) memiliki aroma yang lebih kuat dan pedas, dengan nuansa adas manis.
- Kemangi: Kemangi, terutama *Ocimum × citriodorum*, memiliki aroma citrus yang kuat karena kandungan citral yang tinggi. Rasanya lebih ringan dan segar dibandingkan basil, dengan sentuhan lemon yang dominan, membuatnya cocok untuk masakan segar seperti lalapan atau sambal.
Referensi Ilmiah: Penelitian oleh Charles dan Simon (1990) dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry menunjukkan bahwa profil senyawa volatil dalam Ocimum basilicum didominasi oleh linalool, sedangkan Ocimum × citriodorum mengandung citral sebagai komponen utama, yang menjelaskan perbedaan aroma.
3. Perbedaan dalam Penampilan
- Basil: Daun basil biasanya lebih besar, lebih lebar, dan memiliki tekstur yang lebih halus. Warna daun bervariasi dari hijau cerah hingga ungu (seperti pada purple basil). Tepi daun bisa rata atau sedikit bergelombang, tergantung pada varietas.
- Kemangi: Daun kemangi cenderung lebih kecil, ramping, dan memiliki tekstur yang sedikit lebih kasar. Warna daunnya biasanya hijau muda, dan tanaman ini sering memiliki batang yang lebih tipis dibandingkan basil.
4. Penggunaan dalam Kuliner
- Basil: Basil banyak digunakan dalam masakan Mediterania, seperti pesto (dari basil Genovese), pizza, atau pasta. Thai basil sering digunakan dalam masakan Thailand, seperti tumis atau kari, karena aroma adas manisnya yang kuat.
- Kemangi: Kemangi sangat populer di Indonesia sebagai lalapan, pelengkap sambal, atau dalam masakan seperti pepes dan karedok. Aroma citrusnya memberikan kesegaran pada hidangan mentah atau yang dimasak ringan.
Referensi Ilmiah: Studi oleh Makri dan Kintzios (2008) dalam Food Chemistry menyoroti bahwa varietas Ocimum memiliki aplikasi kuliner yang berbeda berdasarkan komposisi kimiawi, dengan kemangi (Ocimum × citriodorum) lebih sering digunakan dalam hidangan segar karena sifat aromatiknya yang ringan.
5. Manfaat Kesehatan
- Basil: Basil memiliki sifat antioksidan, anti-inflamasi, dan antimikroba karena kandungan senyawa seperti eugenol dan rosmarinic acid. Basil sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk meredakan gangguan pencernaan dan stres.
- Kemangi: Kemangi juga memiliki sifat antioksidan dan antimikroba, tetapi kandungan citral-nya memberikan manfaat tambahan untuk kesehatan saluran pernapasan dan sebagai penolak serangga alami.
Referensi Ilmiah : Penelitian oleh Suppakul et al. (2003) dalam Journal of Food Protection menunjukkan bahwa minyak esensial dari Ocimum basilicum dan Ocimum × citriodorum memiliki aktivitas antimikroba yang signifikan, meskipun komposisi kimianya berbeda.
6. Budidaya dan Adaptasi
- Basil: Basil tumbuh baik di iklim hangat dan membutuhkan sinar matahari penuh. Tanaman ini relatif mudah dibudidayakan, tetapi sensitif terhadap suhu dingin.
- Kemangi: Kemangi juga menyukai iklim hangat, tetapi varietas seperti Ocimum × citriodorum lebih tahan terhadap kondisi tropis dan sering ditemukan tumbuh liar di Indonesia.
Meskipun basil dan kemangi berasal dari genus Ocimum dan memiliki kemiripan, perbedaan utama terletak pada klasifikasi botani, aroma, rasa, penampilan, dan penggunaan kuliner. Basil (Ocimum basilicum) memiliki aroma manis dan pedas, cocok untuk masakan Mediterania dan Asia Tenggara, sementara kemangi (Ocimum × citriodorum) menawarkan aroma citrus yang segar, ideal untuk lalapan dan hidangan Indonesia. Pemahaman tentang perbedaan ini dapat membantu dalam memilih tanaman yang tepat untuk kebutuhan kuliner atau pengobatan.
Daftar Referensi :
- Charles, D. J., & Simon, J. E. (1990). Comparison of volatile compounds of basil (Ocimum basilicum L.). Journal of Agricultural and Food Chemistry, 38(1), 120-123.
- Makri, O., & Kintzios, S. (2008). Ocimum spp. (Basil): Botany, cultivation, pharmaceutical properties, and biotechnology. Food Chemistry, 106(3), 944-949.
- Paton, A., Harley, M. R., & Harley, M. M. (1996). Ocimum: An overview of the classification and relationships. Harwood Academic Publishers.
- Simon, J. E., Quinn, J., & Murray, R. G. (1999). Herbs: An Indexed Bibliography. CRC Press.
- Suppakul, P., Miltz, J., Sonneveld, K., & Bigger, S. W. (2003). Antimicrobial properties of basil and its possible application in food packaging. Journal of Food Protection, 66(6), 1031-1037.(*)