SAYA berpisah dengan anak muda itu di Taksim, Istanbul. Ia baru saja selesai mendampingi pengusaha sukses dari Jakarta. Backpaking keliling Eropa selama sebulan, dan sekarang kembali ke Indonesia.
Anak muda ini, Ahmad Fudholi, adalah seorang financial manager untuk puluhan bisnis dan jaringan minimarket milik pengusaha tersebut.
Lima tahun lalu, Ahmad hanya seorang lulusan SMA, dari sebuah desa di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Setelah lulus, ia menerima tawaran gurunya untuk bekerja di Jakarta sebagai pelayan restoran.
Tanpa ragu, ia menerima tawaran itu. Setahun kemudian, pengusaha itu melihat potensi dalam diri Ahmad dan menantangnya untuk mengelola satu resto, yang kemudian berkembang menjadi beberapa cabang. Akhirnya, ia dipercaya, naik kelas lagi, mengelola area.
Ahmad merasa sangat beruntung karena bosnya mengapresiasi dan mendukung mereka yang berpotensi. Ia mengakui bahwa pengusaha tersebut membimbingnya melalui tradisi Jawa yang dikenal sebagai ngenger.
Ia mengaku sangat beruntung bertemu orang baik yang membantu ia belajar, dan mengangkat kelas sosialnya. Ia bisa merubah nasib, sebagai anak desa yang hanya punya modal berani merantau ke Jakarta.
Meskipun Ahmad tidak memiliki hubungan keluarga dengan pengusaha itu, ia tetap diberi kesempatan untuk berkembang.
**
Orang Jawa mengenal tradisi ngenger, di mana seseorang akan tinggal dan bekerja dengan orang sukses dengan harapan dapat mengikuti jejak kesuksesannya.
Tradisi ini memungkinkan seleksi alami, hanya mereka yang memiliki kesetiaan, kesabaran, dan disiplin yang tinggi yang akan mendapatkan kesempatan menjadi murid dan kelak mengembangkan bisnis mereka sendiri.
Pengusaha yang menerima ngenger akan melatih mereka. Setelah latihan dianggap cukup. Ada masa akses bisnis, kekuasaan, jaringan pertemanan, dan kekerabatan diberikan kepada mereka yang lulus dalam proses ngenger
Saat ini, di rumah pengusaha tersebut ada enam anak ngenger, satu di antaranya kuliah, sementara lima lainnya termasuk Fudholi tidak tertarik kuliah, meskipun pengusaha itu siap membiayai mereka.
Fudholi mengaku, ia diajak jalan-jalan ke luar negeri adalah untuk membuka wawasan, memahami pentingnya management perencanaan, bahasa, dan membangun networking.
Pertama kali Fudholi diajak ke Malaysia, Singapura, dan Bangkok, pengusaha itu menanggung semua biayanya. Namun, pada perjalanan kedua, ia sudah bisa membayar tiket pesawat sendiri, sementara pengusaha itu yang menanggung biaya lainnya.
Ini adalah salah satu cara pengusaha tersebut mendidik mereka. Ia bahkan berusaha tidak membedakan antara anak ngenger dan anak kandungnya sendiri.
Tradisi ngenger terus dilestarikan oleh pengusaha itu. Bahkan ia merupakan produk ngenger masa lalu yang membawanya jadi seperti sekarang ini.
**
Mendarat di Jakarta, Fudholi mengirim pesan terimakasih atas kemudahan selama di Istanbul, Turkiye.
Ia menjadi cerita baik, anak dari desa, yang lima tahun lalu baru pindah ke Jakarta. Lalu mendapat kesempatan keliling Eropa meski bahasa inggris nya masih terbatas.
Dengan ketabahan dan ketekunan, ia mempunyai kesempatan belajar dan dipercaya oleh pengusaha itu.
Jika kamu diberi kesempatan ngenger, siapa pengusaha yang akan kamu pilih untuk diikuti?
Ismawan Amir
Pimred identitas Unhas 2008
Sekarang posgraduate
Istanbul Ticaret University Turkiye