Budaya

Oman Fathurrahman: Indonesia Harus Punya Museum Syekh Yusuf

MAKASSAR, UNHAS.TV - Pakar naskah-naskah kuno (filologi) keislaman, Prof Dr Oman Fathurrahman M Hum, menemukan fakta Sulawesi Selatan kaya dengan naskah-naskah kuno keislaman yang punya potensi pengaruh tidak saja di Indonesia tetapi bahkan hingga ke luar negeri.

Pernyataannya itu muncul setelah melakukan perjalanan ke sejumlah tempat di Sulawesi Selatan khususnya di Barru, Parepare, Jampue (Pinrang), Pompanua (Bone), Tosora (Wajo), Gowa, dan Cikoang (Takalar) sejak 13 September hingga 16 September 2024.

Perjalanan ini merupakan bagian dari kegiatan "Telusur Manuskrip di Sulawesi Selatan" yang dipelopori oleh DR drg M Arief Rosyid Hasan MKM dari Merial Institute bekerja sama dengan Ngariksa, HMI, dan Yayasan Haji Ahmad Surur. Turut hadir dalam perjalanan KH Helmi Ali Yafie, pengasuh Pondok Pesantren At-Taqwa Jampue, Pinrang.

Mereka antara lain mengunjungi makam sejumlah ulama Syekh Jamaluddin al Akbar al Husaini di Tosora dan makam Anregurutta KH Muhmammad As'ad di Buu Bellang, Sengkang. Keduanya di Kabupaten Wajo. Mereka juga mencari dan menelaah sejumlah manuskrip keislaman di Pinrang dan Cikoang.

Dari perjalanan itu, Guru Besar Filologi di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, berharap dibentuk satu museum Syekh Yusuf di Makassar. Syekh Yusuf adalah salah satu ulama dari Sulawesi Selatan yang punya pengaruh besar di Indonesia bahkan di Afrika Selatan. 

Anggota Dewan Pakar Ingatan Kolektif Nasional (IKON) itu membayangkan, museum Syekh Yusuf ini tidak saja sebagai museum sebagaimana mestinya tetapi juga berupa tempat yang berisi semangat-semangat spritual.

"Sebaai jembatan kepada Generasi Z, mungkin juga perlu ada cafe yang nama menunya menggunakan nama manuskrip. Di menu tertera barcode yang kalau dipindai, akan merujuk ke sumber manuskrip," ujarnya.(*)