Kesehatan
News

Osteoporosis Ancam Generasi Muda, Dokter Ungkap Gaya Hidup Jadi Pemicu

UNHAS.TV – Tulang sebagai penopang tubuh sering kali luput dari perhatian hingga muncul masalah serius seperti osteoporosis. Penyakit yang dulu identik dengan lansia ini kini mulai mengintai generasi muda, bahkan sejak usia 20-an tahun.

Fenomena ini dibahas dalam program Unhas Sehat bersama narasumber Dr.. dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K), Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Konsultan, di studio Unhas TV.

“Osteoporosis itu dikenal sebagai silent killer. Tidak bergejala, dan biasanya baru diketahui saat tulang sudah patah,” ungkap dr. Sakti.

Menurutnya, perubahan gaya hidup yang tidak sehat seperti jarang bergerak, kurang terkena sinar matahari, pola makan instan dan tinggi gula, serta kebiasaan begadang menjadi penyebab utama rapuhnya tulang di usia muda.

Selain itu, tren diet ekstrem yang minim protein dan kalsium juga memperparah kondisi tulang. “Kalau tidak ada tekanan atau aktivitas, tulang tidak akan menyerap kalsium meskipun kita sudah mengkonsumsinya,” jelasnya.

Ia menyarankan aktivitas fisik sederhana seperti squat, angkat beban ringan, atau peregangan menggunakan resistance band sebagai solusi mudah di tengah kesibukan.

Paparan sinar matahari pagi juga berperan penting dalam mengaktifkan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium ke dalam tulang.

“Makan kalsium tanpa cukup vitamin D, ibarat ada bahan tapi tidak ada kendaraan yang mengangkutnya ke tulang,” tambahnya.

Untuk mendeteksi osteoporosis secara dini, diperlukan pemeriksaan khusus menggunakan alat DEXA scan yang mampu mengukur kepadatan tulang secara akurat. Sementara itu, X-ray biasa hanya bisa mendeteksi ketika kondisi tulang sudah dalam tahap lanjut.

Ia juga menyoroti pentingnya edukasi sejak dini, bahkan sejak masa kehamilan. “Masa janin adalah saat penting untuk mulai menabung kalsium. Kalau sudah dewasa, apalagi menopause, penyerapan kalsium akan jauh lebih sulit,” tegasnya.

Terutama, kata dokter Sakti, bagi perempuan yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami pengeroposan tulang akibat perubahan hormonal.

Dr. Sakti berharap masyarakat, khususnya anak muda, lebih sadar akan pentingnya menjaga tulang sejak dini. “Kesehatan tulang bukan soal usia, tapi soal kesadaran. Jaga tulang, jaga masa depan,” tutupnya.

(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)