UNHAS.TV - Kota Paris, diselimuti cahaya emas. Di Théâtre du Châtelet, Selasa (22/9/2025) malam, menjadi panggung sejarah sepak bola, dimana Ousmane Dembele akhirnya berdiri di podium tertinggi.
Striker Paris Saint-Germain FC ini akhirnya memegang Ballon d’Or. Tropi yang menegaskan sebagai pemain terbaik dunia. Trofi yang dulu terasa jauh dari jangkauannya, kini berkilau di genggamannya.
Suasana hening sesaat ketika namanya diumumkan. Lalu tepuk tangan membahana. Dembele, si anak ajaib dari Rennes yang sempat terombang-ambing nasib, kini resmi dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia.
Kisah Dembele untuk menjadi yang terbaik, tidak pernah lurus. Ia muncul pertama kali sebagai “wonderkid” di Rennes, lalu meledak di Borussia Dortmund.
Barcelona pun jatuh hati, rela menggelontorkan dana yang menjadikannya pemain termahal kedua dunia saat itu.
Tapi di Spanyol, yang datang bukan kejayaan, melainkan cedera berkepanjangan. Diharapkan sebagai pengganti Lionel Messi, performanya tak konsisten, dan label mahal yang membebani.
Media menjulukinya “flop termahal” Barcelona. Tekanan publik membuatnya nyaris tenggelam. Namun, pada 2023, ia memilih pulang ke tanah air, bergabung dengan Paris Saint-Germain.
Keputusan itu menjadi titik balik. Musim lalu, Dembele menjelma monster di lapangan. Total 35 gol dan 16 assist ia bukukan, membawa PSG meraih quadruple: Ligue 1, Piala Prancis, Piala Liga, hingga yang paling bersejarah, Liga Champions.
Di Stadion Anfield, ia menorehkan gol penentu. Di Emirates, tendangan melengkungnya membungkam ribuan pendukung Arsenal. Dan di final, dua assist dari kakinya mengantar PSG mengangkat trofi Eropa pertama dalam sejarah klub.
Ironisnya, ketika Dembele berdiri menerima Ballon d’Or, klubnya justru kalah 0-1 dari Marseille dalam laga tunda Ligue 1.
Luis Enrique, sang pelatih, absen mendampingi tim demi menghadiri malam penghargaan, di mana ia sendiri dianugerahi Johan Cruyff Trophy sebagai pelatih terbaik.
Di layar besar arena, sorotan berganti antara senyum Dembele dan wajah muram skuad PSG di Stade Vélodrome. Kontras yang mempertegas betapa sepak bola sering berjalan di dua panggung berbeda, gemerlap individu dan drama kolektif.
Persaingan dengan Darah Muda
Ballon d’Or tahun ini sebetulnya hampir saja mencetak sejarah lain. Lamine Yamal, bintang muda Barcelona, finis di urutan kedua.
Baru berusia 18 tahun, ia berpeluang memecahkan rekor Ronaldo Nazario sebagai pemenang termuda sepanjang masa. Namun dewi fortuna memilih menunda. Rekor Ronaldo di usia 21 bersama Inter Milan masih aman.
Meski begitu, nama Yamal kini resmi menjadi pesaing masa depan. “Kalau bukan tahun ini, maka tahun-tahun mendatang,” kata seorang jurnalis Spanyol seusai acara.
Di sektor putri, Aitana Bonmatí kembali menegaskan dominasinya. Untuk tahun ketiga beruntun, gelandang Barcelona itu membawa pulang Ballon d’Or setelah musim penuh gelar yakni Primera División, Copa de la Reina, dan Supercopa de España.
Sementara itu, Inggris patut berbangga. Cole Palmer menembus delapan besar, lebih tinggi dari kapten timnas Harry Kane yang tertahan di posisi 13.
Palmer, yang mengoleksi 18 gol dan 14 assist, menjadi motor Chelsea dalam menjuarai Conference League dan Piala Dunia Antarklub, sekaligus mengamankan tiket Liga Champions.
Salah satu kisah mengejutkan datang dari Napoli. Scott McTominay, yang sempat dicap jeblog di Manchester United, kini jadi idola baru di Italia.
Pemain asal Skotlandia ini finis di urutan 18, lebih tinggi dari nama-nama besar seperti Jude Bellingham, Declan Rice, bahkan Erling Haaland.
Musim lalu, McTominay dipuja tifosi Partenopei setelah dinobatkan sebagai MVP dalam perjalanan Napoli merebut Scudetto. Dari pemain buangan, ia bertransformasi menjadi simbol kebangkitan.
Dembele dan Penebusan
Bagi Dembele, trofi emas itu bukan sekadar penghargaan, melainkan penebusan. Ia menolak label gagal, membungkam kritik, dan menulis ulang takdirnya.
“Ini bukan akhir perjalanan, tapi awal dari babak baru,” ucapnya singkat di atas panggung. Ia pun berlinang air mata dan memanggil ibunya untuk ikut naik ke podium.
Ketika sorot lampu meredup dan orkestra menutup acara, dunia sepak bola sepakat: Ballon d’Or kali ini bukan hanya tentang statistik dan gelar. Ini adalah cerita tentang jatuh, bangkit, dan akhirnya berdiri di puncak.
Ousmane Dembele telah membuktikan, bahwa kadang jalan berliku justru membawa seseorang ke cahaya yang paling terang.
Peraih Balon d'Or 10 Tahun Terakhir
2024 - Rodri
2023 - Lionel Messi
2022 - Karim Benzema
2021 - Lionel Messi
2019 - Lionel Messi
2018 - Luka Modric
2017 - Cristiano Ronaldo
2016 - Cristiano Ronaldo
2015 - Lionel Messi
2014 - Cristiano Ronaldo
Daftar Peringkat 15 Besar
1 - Ousmane Dembele
2 - Lamine Yamal
3 - Vitinha
4 - Mohamed Salah
5 - Raphinha
6 - Achraf Hakimi
7 - Kylian Mbappe
8 - Cole Palmer
9 - Gianluigi Donnarumma
10 - Nuno Mendes
11 - Pedri
12 - Khvicha Kvaratskhelia
13 - Harry Kane
14 - Desire Doue
15 - Viktor Gyokeres