Polhum

Pemilih Pemula di Pilkada Sulsel 2024: Apatis Politik atau Turut Berkontribusi?

MAKASSAR, UNHAS.TV - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang akan digelar pada 27 November 2024 di Indonesia menjadi momen krusial, khususnya bagi pemilih pemula. 

Dalam konteks demokrasi, kelompok ini sering kali membawa harapan besar, namun juga kerap dianggap apatis dan kurang tertarik pada politik. 

Pertanyaan besar muncul: apakah Pilkada Sulsel 2024 akan menjadi momen bagi mereka untuk membuktikan keterlibatannya, atau mereka akan tetap berada dalam bayang-bayang apatisme?

Pemilih pemula, yang biasanya berusia antara 17 hingga 21 tahun, baru pertama kali mendapatkan hak pilih. Keterbatasan pengalaman dalam hal politik merupakan salah satu ciri utama mereka, tetapi kelompok ini memiliki potensi besar untuk ikut serta dalam proses demokrasi. 

Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulawesi Selatan kali ini, partisipasi pemilih pemula sangat diharapkan meningkat. 

Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin Prof Dr Phil Sukri MSi, terdapat tren peningkatan partisipasi, terutama karena peningkatan literasi politik yang mereka dapatkan melalui pendidikan formal dan nonformal.

Meski demikian, pemilih pemula sering kali memandang politik sebagai sesuatu yang tidak relevan dengan kehidupan mereka. Politik sering dipersepsikan sebagai "dunia orang tua" atau sebagai ruang yang kompleks, penuh permainan kekuasaan yang tidak transparan. Hal ini membuat politik terkesan jauh dari jangkauan mereka.

Prof Sukri menambahkan, "Sebagian pemilih muda melihat politik sebagai ruang yang sulit untuk jujur, penuh dengan permainan kekuasaan, dan dianggap terlalu kompleks. Mereka merasa tidak punya tempat di dalamnya."

Di era digital ini, media sosial menjadi sumber utama informasi bagi pemilih pemula. Informasi yang mereka dapatkan dari media sosial memiliki peran penting dalam membentuk preferensi politik mereka. 

Namun, tantangannya adalah bahwa tidak semua informasi yang beredar di sosial media dapat dipercaya. Banyaknya hoaks dan informasi yang tidak akurat mengharuskan pemilih pemula memiliki kemampuan menyaring informasi yang valid.

"Penting bagi pemilih pemula untuk menyaring informasi yang mereka terima dengan bijak, karena informasi yang salah dapat mengaburkan keputusan politik mereka," ujar Prof. Sukri.

Untuk mengajak pemilih pemula terlibat aktif, dibutuhkan pendekatan yang berbeda daripada tingkatan usia pemilih lainnya. 

Pemilih pemula, dalam konteks ini pemilih muda, cenderung lebih tertarik pada isu-isu yang relevan dengan kehidupan mereka, seperti perubahan iklim, teknologi, atau partisipasi sosial. Kandidat politik perlu mengemas pesan politik dengan cara yang lebih kreatif dan dekat dengan tren yang disukai oleh anak muda. 

Menurut Sukri, "Cara mendekati pemilih pemula harus berbeda. Kandidat harus mengajak mereka terlibat secara partisipatif dan memberikan ruang yang sesuai dengan kepentingan mereka. Jika tidak ada ruang, mereka mungkin akan malas untuk berpartisipasi."

Penelitian juga menunjukkan bahwa pemilih pemula lebih mudah tergerak jika mereka diajak oleh sesama anak muda. Memberikan kesan bahwa mereka dijangkau secara langsung. Pendidikan politik melalui jalur formal, seperti mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), sudah dipelajari bahkan sejak di bangku sekolah dasar, maupun nonformal, merupakan proses dalam meningkatkan kesadaran politik di kalangan pemilih pemula.

Program-program pendidikan semacam ini sangat penting karena memberi ruang bagi pemilih pemula untuk berdiskusi secara terbuka dan mempelajari politik dengan cara yang sesuai dengan karakter mereka.

Tren menunjukkan bahwa partisipasi politik di kalangan pemilih pemula mulai meningkat, terutama karena literasi politik yang semakin membaik. Di Pilkada Sulsel 2024, antusiasme pemilih pemula diharapkan akan lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 

"Ada pergeseran perspektif di kalangan pemilih pemula: ikut pemilu sekarang dianggap keren dan menjadi bagian dari gaya hidup," tambah Prof Sukri.

Keterlibatan aktif pemilih pemula di Pilkada Sulsel 2024 akan menjadi penentu penting bagi masa depan demokrasi di Indonesia. Semakin banyaknya pemilih pemula yang memahami pentingnya hak pilih mereka, diharapkan proses demokrasi akan semakin transparan, jujur, dan inklusif. 

Pada akhirnya, pemilih pemula bukan lagi sekadar kelompok apatis, tetapi agen perubahan yang aktif dalam menentukan arah pembangunan bangsa.(*)


Rizka Fraja (Unhas TV)