Internasional

Penangkapan Saingan Kuat Erdogan Picu Amarah, Ribuan Massa Turun ke Jalan!

ISTANBUL, UNHAS.TV - Istanbul gempar! Ekrem İmamoğlu, Wali Kota Istanbul yang juga rival terkuat Presiden Recep Tayyip Erdoğan, mendadak ditangkap. Selain itu, perusahaan konstruksi milik İmamoğlu pun ikut disita. 

Situasi politik semakin panas di negeri Mustafa Kemal Ataturk itu. Associated Press (AP) News (21/3) melaporkan bahwa ribuan warga Turki tumpah ruah ke jalan, mengecam tindakan yang mereka anggap sebagai upaya membungkam suara oposis. 

Ekrem İmamoğlu, Wali Kota Istanbul dan salah satu penantang utama Presiden Erdoğan, ditangkap pada 19 Maret 2025 dengan tuduhan korupsi dan keterlibatan dengan organisasi teroris.

Penangkapan ini terjadi hanya beberapa hari sebelum Partai Rakyat Republik (CHP) yang berhaluan sekuler berencana mencalonkannya sebagai kandidat presiden (Financial Times, 20/3).

Penahanan İmamoğlu memicu gelombang protes di berbagai kota di Turki.

Di Istanbul, ribuan orang berkumpul di depan balai kota untuk menuntut pembebasannya dan menyerukan pengunduran diri Erdoğan. Meskipun pihak berwenang memberlakukan larangan demonstrasi selama empat hari, massa tetap turun ke jalan, menentang pembatasan tersebut.

Para demonstran, yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat termasuk mahasiswa, pekerja, politisi, dan jurnalis, menyuarakan kemarahan dan kekecewaan mereka terhadap tindakan pemerintah. Mereka menilai penangkapan İmamoğlu sebagai upaya sistematis untuk menyingkirkan lawan politik utama Erdoğan dan merusak demokrasi di Turki (The Guardian, 20/3).

Selain İmamoğlu, sekitar 100 orang lainnya, termasuk tokoh-tokoh penting dalam masyarakat, juga ditahan. Kantor gubernur Istanbul memberlakukan pembatasan selama empat hari dalam upaya meredam gejolak yang semakin membesar. 

Namun, protes terus berlanjut, mencerminkan ketidakpuasan publik yang mendalam terhadap pemerintahan Erdoğan dan kekhawatiran akan masa depan demokrasi di Turki.

Reaksi Keras dari Dalam dan Luar Negeri

Partai Rakyat Republik (CHP), partai oposisi terbesar di Turki, menyebut penangkapan ini sebagai "upaya kudeta terhadap calon presiden masa depan".

Di jalan-jalan Istanbul, semangat perlawanan terus berkobar. "Kami tidak akan menyerah," teriak seorang demonstran di tengah kerumunan. "Kami akan terus berjuang untuk demokrasi!" (BBC News, 20/3).


>> Baca Selanjutnya