Kesehatan

Peneliti Temukan Bahaya di Tinta Tato

TATO . (Foto: Pexel/Adrian Boustead)

MAKASSAR, UNHAS.TV - Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat menemukan potensi bahaya serius pada pemakai tato.

Penelitian yang dilakukan pada sejumlah botol tato dan tinta yang dipakai ternyata mengandung jutaan bakteri berbahaya, walau botol dan tintanya telah tersegel.

Seong-Jae (Peter) Kim, staf Pusat Penelitian Toksikologi Nasional FDA Amerika Serikat, yang mengungkap penelitiannya pada jurnal Applied and Environmental Microbiology, menekankan perlu upaya serius untuk memastikan botol dan tinta tato aman dari mikroba berbahaya.

Linda Kats yang juga meneliti bersama Kim mengatakan, tinta tato yang terkontaminasi bakteri, memungkinkan bakteri berkembang biak ke dalam kulit dan dapat menyebabkan infeksi dan cedera serius.

"Patogen atau zat berbahaya lainnya dalam tinta ini dapat berpindah dari tempat suntikan melalui darah dan sistem limfatik ke bagian lain tubuh," kata Katz.

Saat penyebaran sistemik terjadi, bakteri dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa seperti endokarditis, peradangan selaput jantung yang berpotensi mematikan, atau kejutan septik, yang merupakan tahap terakhir dan paling parah dari sepsis, yaitu respons ekstrem tubuh terhadap infeksi yang bisa berujung pada kegagalan multi-organ.

Jika tidak segera diobati, sepsis dapat dengan cepat menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan kematian.

Gejala infeksi tinta tato lainnya yang lebih sering dilaporkan adalah ruam di tempat suntikan; impetigo, infeksi kulit akibat bakteri yang sangat menular; erysipelas, ruam merah cerah dan lembut pada kulit; dan selulitis, serta infeksi mendalam pada kulit yang memerlukan pengobatan antibiotik.

Orang yang memiliki banyak tato atau tato besar berisiko lebih tinggi terkena tinta yang terkontaminasi, karena tato yang lebih besar meningkatkan kemungkinan paparan mikroorganisme.

Pada penelitian yang dilakukan FDA, sebanyak 35% tinta yang belum dibuka dan disegel memiliki jumlah bakteri sebesar 10 hingga 8 CFU, atau 100 juta bakteri per gram.

Masalah adalah bahwa tato juga dikaitkan dengan penularan infeksi virus termasuk hepatitis C, hepatitis B dan HIV. Jarum dan tinta yang tidak steril bisa jadi penular infeksi virus itu.(*)