Kesehatan
Terkini

Pepaya Itu Sehat, Tapi Tak Selalu Menyehatkan untuk Kelompok Tertentu, Ini 4 Golongan Itu?

UNHAS.TV - Di balik rasanya yang manis dan segar, serta reputasinya sebagai buah tropis kaya manfaat, pepaya ternyata tak sepenuhnya bersahabat bagi semua orang.

Di tengah popularitasnya sebagai sumber serat, enzim papain, dan vitamin, ada sejumlah kelompok individu yang justru disarankan untuk membatasi, bahkan menghindari konsumsi pepaya.

“Pepaya memang memiliki banyak khasiat, tetapi tidak semua kondisi tubuh cocok untuk mengonsumsinya,” kata Safrullah Amir, S.Gz., MPH, dosen Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin, saat ditemui di Laboratorium Gizi Unhas, pekan lalu.

Menurut Safrullah, kelompok pertama yang perlu waspada adalah ibu hamil, khususnya di trimester awal. Pepaya mentah atau setengah matang mengandung enzim papain dalam kadar tinggi, yang bisa merangsang kontraksi rahim.

Beberapa studi bahkan menyebut bahwa enzim tersebut berpotensi menyebabkan keguguran bila dikonsumsi dalam jumlah besar dan rutin. Kandungan lateks pada pepaya mentah juga disebut-sebut bisa memicu respon alergi dan kontraksi dini.

Kelompok kedua adalah mereka yang sedang mengalami diare. Kandungan serat larut dan tidak larut yang tinggi pada pepaya justru bisa memperparah kondisi diare, karena mempercepat pergerakan usus.

“Saat tubuh sedang kekurangan cairan akibat diare, serat dari pepaya dapat memperburuk dehidrasi dan memicu gangguan pencernaan lanjutan,” ujar Safrullah.

Tak hanya itu, kelompok ketiga penderita batu ginjal juga disarankan menghindari konsumsi pepaya secara berlebihan.

Buah ini memang kaya vitamin C, tetapi asupan vitamin C yang berlebihan dapat diubah tubuh menjadi oksalat—komponen utama dalam pembentukan batu ginjal kalsium oksalat.

“Bahkan suplemen vitamin C dalam dosis tinggi telah terbukti meningkatkan risiko batu ginjal. Efek serupa bisa terjadi bila terlalu sering konsumsi pepaya,” jelasnya.

Kelompok keempat adalah penderita gangguan jantung dan diabetes. Pepaya mengandung senyawa glikosida sianogenik dalam jumlah kecil yang bisa menghasilkan senyawa beracun hidrogen sianida saat dicerna.

Meskipun dalam kadar rendah zat ini tidak berbahaya, konsumsi berlebihan bisa memicu masalah pada penderita gangguan irama jantung.

Selain itu, meskipun indeks glikemiknya tergolong rendah, kandungan gula alami dalam pepaya tetap harus diperhitungkan oleh penderita diabetes.

Data dari Harvard School of Public Health menyebutkan, konsumsi vitamin C harian yang disarankan adalah sekitar 75–90 mg per hari untuk orang dewasa.

Satu cangkir pepaya matang mengandung sekitar 88 mg vitamin C—sudah mencukupi kebutuhan harian. Namun bila dikonsumsi secara berlebihan, terutama lebih dari dua porsi per hari, risiko efek samping seperti pembentukan batu ginjal tetap harus diwaspadai.

Safrullah menegaskan, pepaya tetap bisa dikonsumsi dengan aman oleh kebanyakan orang, asal tidak berlebihan dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing.

“Kuncinya adalah moderasi. Jangan hanya karena sesuatu itu alami, lalu kita menganggapnya aman tanpa batas,” pungkasnya.

Dengan kata lain, pepaya bukan buah ajaib tanpa sisi gelap. Sehat, iya. Tapi bukan berarti bisa dikonsumsi sembarangan. Bijak memilih, bijak makan.

(Zulkarnaen / Unhas.TV)