AMERIKA SERIKAT, UNHAS.TV- Konflik memanas antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan CEO Tesla, Elon Musk, kini merambat ke pasar saham.
Perseteruan verbal antara dua tokoh berpengaruh ini membuat saham Tesla anjlok tajam hanya dalam dua hari, menghapus puluhan miliar dolar dari nilai pasar perusahaan otomotif listrik tersebut.
Para analis menyebutnya sebagai salah satu perpisahan paling mahal dalam sejarah antara dunia politik dan teknologi.
Saat Trump berusaha memperkuat posisinya untuk kembali ke Gedung Putih dalam Pemilu 2024, justru muncul keretakan mengejutkan dalam salah satu aliansi politik-ekonomi terkuatnya: hubungannya dengan Elon Musk.
Pada masa kampanye, keduanya sempat dianggap sebagai “pasangan emas” dalam upaya mengecilkan peran pemerintah federal, bahkan Musk dipercaya memimpin badan strategis bernama DOGE (Department of Government Efficiency). Ia juga disebut menggelontorkan ratusan juta dolar untuk mendukung kemenangan Trump.
Namun kini, semuanya berubah. The Associated Press (3/6) melaporkan bahwa Musk secara terbuka mengecam rancangan kebijakan pajak baru yang diusulkan Trump sebagai sesuatu yang “menjijikkan dan menjengkelkan”. Ia mendesak anggota parlemen untuk menolak RUU tersebut.
Retaknya Hubungan: Dari Kabinet hingga Gedung Putih
Tanda-tanda keretakan mulai tampak saat Musk berselisih dengan para menteri dan penasihat ekonomi Trump dalam rapat kabinet mengenai pemangkasan anggaran lembaga federal dan tarif perdagangan.
Ketegangan memuncak ketika Gedung Putih memutuskan mencopot Jared Isaacman—sekutu dekat Musk—dari jabatan kepala NASA. Keputusan ini diambil oleh Sergio Gor, Kepala Kantor Personalia Kepresidenan, yang dikenal memiliki hubungan buruk dengan Musk selama ia memimpin DOGE.
Dengan didepaknya Musk dari lingkaran pengambil kebijakan, posisi sekutunya pun mulai terancam. Pertanyaan besar kini mengemuka: apakah Musk masih bersedia menjadi penyokong utama Partai Republik? Menurut Stephen Myrow dari Beacon Policy Advisors, “Pengaruh Musk sangat bergantung pada kedekatannya dengan Trump. Jika hubungan itu melemah, maka kekuatannya juga akan menyusut.” (FastBull, 6/6)
Kerugian Pribadi, Kepentingan Publik?
Musk sebelumnya menyatakan bahwa ia memimpin DOGE dengan “biaya dan risiko pribadi yang sangat besar.” Namun seluruh capaian efisiensi anggaran yang ia banggakan kini terancam pupus oleh rancangan undang-undang pajak baru. Kantor Anggaran Kongres (Congressional Budget Office/CBO) memperkirakan bahwa RUU tersebut akan menambah defisit AS sebesar $2,4 triliun dalam sepuluh tahun ke depan. Padahal DOGE baru mencatat penghematan sekitar $180 miliar sejak awal tahun.
Dalam unggahan di platform X (29/5), Musk menulis: “Seluruh penghematan tim DOGE akan sia-sia,”—sebuah pernyataan yang mencerminkan kemarahannya.

Trump vs Musk: Ketegangan politik yang mengguncang pasar. Saham Tesla anjlok setelah pecah kongsi dua tokoh berpengaruh ini. Kredit: The Australian.
Keterpurukan Bersama: Politik dan Ekonomi
Konflik politik ini juga berdampak langsung pada kekayaan pribadi Musk. Bloomberg mencatat bahwa kekayaan bersihnya turun hingga $64 miliar sepanjang tahun 2025—penurunan terbesar di antara 500 orang terkaya dunia. Penurunan ini dipicu oleh anjloknya harga saham Tesla dan meningkatnya kritik publik terhadap peran politik Musk dalam pemerintahan Trump.
Puncak ketegangan terjadi saat Trump dalam pidato kampanye menyindir Musk sebagai sosok “tidak stabil dan oportunis” karena sikapnya yang berubah-ubah terhadap isu imigrasi dan perpajakan. Musk pun membalas dengan menyatakan bahwa ia tidak akan mendukung satu pun kandidat dari Pemilu 2024.
Pernyataan tersebut memicu kegelisahan investor, terutama karena Tesla masih sangat bergantung pada insentif dan dukungan pemerintah dalam pengembangan infrastruktur di Amerika Serikat. Akibatnya, saham Tesla amblas lebih dari 7% dalam dua hari perdagangan, menghapus lebih dari $50 miliar dari nilai pasar perusahaan.
Beberapa analis meyakini bahwa dalam kondisi sensitif menjelang pemilu mendatang, menjauhnya tokoh-tokoh teknologi seperti Musk dari kubu Trump dapat menjadi sinyal keretakan antara elite teknologi dan kaum konservatif; keretakan yang dampak ekonominya dapat melampaui Tesla dan memengaruhi atmosfer pasar secara keseluruhan.
Nasib dari Sebuah Aliansi
Perpisahan Musk dan Trump bukan sekadar retaknya hubungan pribadi, melainkan simbol rumitnya dinamika kekuasaan dalam pemerintahan Trump, yang dibangun di atas loyalitas personal dan gaya kepemimpinan yang sangat terpusat pada individu. Meski Gedung Putih menegaskan bahwa “Trump tetap pemegang keputusan akhir dalam kabinet,” tak bisa dipungkiri bahwa kisah persahabatan antara "rekan utama" dan "presiden" kini hanya tinggal kenangan dari masa kejayaan kampanye 2024.(*)