Internasional

Perginya Sang Penerus Ayatullah

Masa Depan Iran

Stabilitas politik Iran diperkirakan akan tetap stabil. Ini bukan pertama kalinya Iran kehilangan pejabat tinggi. Pada tahun 1981, selama perang Iran-Irak, presiden dan perdana menteri tewas dalam serangan teroris.

Pada saat itu, pemerintahan jauh lebih lemah dan negara kurang stabil. Menggantikan Raisi mungkin sulit, tetapi hal itu pasti bisa dilakukan.

Arah politik Iran terutama ditentukan oleh Pemimpin Tertinggi, sebuah peran yang dipegang oleh Ayatullah Ali Khamenei sejak tahun 1989. Meskipun tugas resminya adalah menegakkan tradisi spiritual, budaya, dan agama Republik Islam, pada kenyataannya, ia adalah tokoh politik utama. yang sering menjadi penengah antara berbagai faksi di negara tersebut, menyeimbangkan kepentingan ulama dan pimpinan IRGC.

Drone tempur milik Iran

Kematian presiden tidak berarti kehilangan kepala negara. Kebijakan Iran kemungkinan besar tidak akan berubah dalam waktu dekat. Meskipun presiden mempunyai pengaruh dan status, keputusan akhir berada di tangan Khamenei.

Kepergian Raisi menyisakan lubang yang mendalam tentang masa depan Iran. Ayatullah Khamenei berusia 85 tahun bulan lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat Iran mengira hanya ada dua kandidat utama yang akan mengambil alih jabatannya setelah kematiannya.

Salah satunya adalah putra kedua Khamenei, Mojtaba, yang kian popular dan mewakili peralihan kekuasaan secara turun-temurun. Lainnya adalah Raisi. Dengan kematian Raisi, Mojtaba tampaknya memiliki jalan yang mulus menuju jabatan tertinggi.

Dia diperkirakan akan mengandalkan IRGC untuk menghadapi semua respon. Dia akan memperkuat peran IRGC dalam rezim tersebut. Beberapa media barat memperkirakan Iran mungkin akan berevolusi dari rezim gabungan militer dan ulama menjadi rezim militer. Ini bisa berarti berkurangnya konservatisme agama di dalam negeri, namun semakin besarnya antagonisme di luar negeri.

Kepergian Raisi akan meninggalkan duka, namun dia telah menempuh jalan takdirnya untuk menyatu dengan keabadian. Kesedihan itu bisa menjelma jadi kebahagiaan, saat mebayangkan dirinya akan menyatu dengan Yang Maha Menggenggam.

Dalam peristiwa kematian, orang Iran sering melafalkan syair dari Rumi:“Listen, O little drop, give yourself up without regret, and in return you will gain the Ocean. Let your self away, and in the great Sea, you will be secure.”

“Wahai tetesan air. Serahkan dirimu tanpa penyesalan. Dan sebagai balasannya, kamu akan mendapatkan Samudera. Biarkan dirimu pergi, dan di samudera luas, kau akan aman.”

*Penulis adalah blogger, peneliti, dan digital strategist. Saat ini tinggal di Bogor, Jawa Badat.