MAKASSAR, UNHAS.TV – Ribuan mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) turun ke jalan di Makassar, Sabtu, 30 Oktober 2025 lalu. Mereka menggelar aksi serentak di dua titik: depan Gedung Rektorat Unhas dan kawasan Flyover Makassar.
Aksi turun lapangan ini merupakan hasil konsolidasi lintas organisasi di lingkup kampus merah. Wakil Jenderal aksi, Adrian Hidayat, menegaskan bahwa gerakan tersebut tidak lahir spontan, melainkan direncanakan matang.
“Aksi ini adalah aksi yang terkonsolidasi. Instansi yang terkait dengan tuntutan kita perlu melihat dan merespons besar-besaran,” kata Adrian di tengah orasi.
Adrian meminta di setiap aksi lapangan, untuk waspada dan menolak segala upaya penunggang gelap di luar konsolidasi resmi. “Jangan sampai ada yang membelokkan tujuan aksi. Itu jelas kita waspadai,” katanya.
Dalam aksi turun lapangan Sabtu (30/8/2025) lalu, mahasiswa Unhas merumuskan delapan poin tuntutan. Pertama, mereka mendesak penghentian tindakan represif aparat, mengadili pelaku penabrakan Affan Kurniawan, dan menuntut reformasi institusi kepolisian.
Tuntutan kedua, mahasiswa menyoroti alokasi anggaran wakil rakyat. Mereka menilai dana dan tunjangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak mencerminkan aspirasi publik dan perlu dievaluasi.
Isu ruang hidup warga juga muncul dalam tuntutan ketiga. Massa meminta pemerintah mempertahankan kawasan Bara-Baraya dari kebijakan yang dinilai eksploitatif.
.webp)
Mahasiswa Unhas saat turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa di bawah Fly Over Jl Urip Sumoharjo-Jl AP Pettarani, Makassar, Sabtu, 30 Oktober 2025. Mereka mengusung 8 tuntutan dan minta hati-hati hadirnya penunggang gelap di setiap aksi mahasiswa. (dok unhas.tv)
Keempat, mahasiswa mendesak pemerintah melakukan kajian mendalam terhadap klasterisasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), yang dianggap membebani warga.
Pada tuntutan kelima, mahasiswa menekan percepatan pengesahan Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset. Menurut mereka, regulasi ini penting sebagai instrumen pemberantasan korupsi di Indonesia.
Selain itu, mahasiswa menolak kebijakan MBG yang dinilai tidak pro-rakyat. Mereka juga menuntut penyelenggaraan pendidikan gratis serta penertiban tambang ilegal yang dinilai merugikan masyarakat dan merusak lingkungan.
“Revolusi itu harus dimulai dari orang-orang yang berpikir, orang-orang yang pro kepada rakyat, dan orang-orang yang melakukan aksi seperti apa pun itu. Yang penting dalam poros perjuangan,” ujar Adrian dalam orasinya.
Pada aksi Sabtu (30/8/2025), mahasiswa Unhas yang berjumlah dua ribuan berkumpul di halaman rektorat kampus. Kemudian mendapat arahan dari WR1 Prof Muh Ruslin, lalu beriringan naik roda dua menuju titik aksi utama di jembatan pelintasan atau Fly Over Jl Urip Sumohardjo-JL AP Pettarani.
Ada juga yang berjalan kaki dengan membawa spanduk berisi tuntutan dan seruan perubahan. Di fly over, bergantian perwakilan fakultas melakukan orasi, sementara barisan mahasiswa menjaga ketertiban di sekitar lokasi.
Pada pukul 17.30 Wita, pernyataan sikap resmi dibacakan di hadapan ribuan peserta aksi. Setelah itu, massa bergerak konvoi di beberapa jalan lalu membubarkan diri ke tempat masing-masing.
Aksi mahasiswa Unhas ini menjadi sorotan publik Makassar karena berhasil merangkum isu-isu nasional dan lokal dalam delapan tuntutan. Dari ruang hidup hingga pemberantasan korupsi, mereka menyuarakan keresahan masyarakat.
(Rizka Fraja / Unhas.TV)