
Gambaran artistik dari plastik baru, yang terurai di tanah dan air garam. Kredit: RIKEN
Terobosan di Tengah Krisis Global
Inovasi ini hadir di saat yang sangat krusial. Ketika dunia sedang menyusun Global Plastics Treaty—sebuah perjanjian internasional yang mengikat secara hukum untuk menekan polusi plastik—terobosan dari Jepang ini menjadi harapan besar. Salah satu putaran perundingan digelar di Korea Selatan pada akhir 2024. Menteri Pembangunan Internasional Norwegia, Anne Beathe Tvinnereim, menyatakan optimismenya: “Kita mungkin tak mendapatkan perjanjian yang sempurna. Tapi kita harus melangkah lebih jauh. Dan saya yakin kita bisa. Saya memilih untuk berharap.” (Sustainability Magazine, 1 Desember 2024).
Pandangan serupa diungkapkan CEO Unilever, Hein Schumacher, yang menekankan bahwa bisnis global membutuhkan regulasi kolektif untuk mengatasi krisis plastik.
Dari Laut ke Ladang: Aplikasi yang Luas
Keunggulan plastik ini tidak hanya terletak pada kemampuannya larut tanpa jejak, tapi juga pada manfaat tambahannya. Dalam pertanian, ia dapat digunakan sebagai lembaran mulsa biodegradable yang menyuburkan tanah setelah terurai. Dalam bidang kesehatan, ia ideal untuk alat medis sekali pakai yang tidak mencemari lingkungan. Di sektor industri, plastik ini dapat dimanfaatkan dalam pencetakan 3D untuk produksi ramah lingkungan. Sementara itu, di dunia kemasan, ia berpeluang besar menggantikan plastik sekali pakai dalam berbagai produk konsumen.
Dampaknya terhadap lingkungan sangat menjanjikan. Plastik ini melindungi ekosistem laut dari bahaya mikroplastik, mengurangi penumpukan limbah di tanah, dan—jika laporan awal benar adanya—dapat berkontribusi signifikan dalam upaya global mencapai emisi nol bersih (net-zero).
Namun tantangan tetap ada. Salah satunya adalah soal skala produksi. Apakah plastik ini bisa diproduksi massal dengan biaya bersaing melawan plastik berbasis minyak bumi yang sangat murah? Regulasi dan pengujian ketat juga akan diperlukan, terutama untuk penggunaan di bidang pangan dan medis. Selain itu, analisis daur hidup (life-cycle assessment) yang menyeluruh dibutuhkan untuk benar-benar menilai dampak lingkungannya secara holistik.
Disambut Antusias, Ditunggu Implementasi
Meskipun belum masuk tahap komersialisasi penuh, tanggapan dunia terhadap inovasi ini sangat antusias. Media seperti ZME Science (2 Desember 2024) menyebutnya sebagai “langkah revolusioner menuju planet yang lebih bersih.” Di media sosial, terutama platform seperti Reddit (r/UpliftingNews), warganet ramai menyebutnya sebagai “kemenangan bagi bumi.”
Jika pengujian dan regulasi berjalan lancar, plastik ini berpotensi menjadi standar baru industri global—bukan sekadar solusi eksklusif bagi kalangan tertentu, melainkan penanda babak baru dalam sejarah hubungan manusia dengan plastik.(*)