Mahasiswa
News
Unhas Story

Radina Sinja Putri: Menghentikan Insecure dan Membangun Generasi Percaya Diri



Radina Sinja Putri, Putri Remaja Makassar 2025 dan Putri Remaja Sulsel 2025. (dok unhas.tv)


Kemenangan itu bukan akhir. Radina sadar gelar duta remaja tak boleh berhenti di panggung. Ia melahirkan program advokasi yang ia beri nama Biheriti: Bersama Radina, Hentikan Insecurity.

“Banyak remaja yang tidak berani tampil karena kurang percaya diri. Mereka insecure bukan pada orang lain, tapi pada diri sendiri,” jelasnya.

Radina mengaku pernah merasakannya. Bedanya, ia belajar membandingkan dirinya hanya dengan dirinya sendiri di masa lalu. “Apakah saya hari ini lebih baik dari saya yang kemarin? Itu yang saya ukur, bukan orang lain,” katanya.

Lewat Biheriti, ia menyambangi sekolah-sekolah seperti SMA Negeri 12 Makassar dan SMK Negeri 5 Makassar, juga panti asuhan.

Di sana, ia berbicara langsung tentang pentingnya kepercayaan diri, kesehatan mental, hingga literasi digital. “Saya ingin anak-anak muda paham bahwa insecure bisa dilawan. Percaya diri bisa dilatih,” ujarnya.

Radina tak menutup mata pada problem remaja hari ini. Dari pengamatannya, ada tiga isu besar yang menghantui generasi muda, yakni kepercayaan diri, kesehatan mental, dan bullying.

Tentang bullying, ia menekankan perlunya edukasi. “Banyak pelaku yang bahkan tidak sadar tindakannya sudah termasuk bullying. Mereka pikir hanya bercanda,” katanya. Menurut Radina, ada tiga langkah penting: edukasi, efek jera, dan ruang pelaporan bagi korban.

Kesehatan mental juga menjadi sorotannya. Tekanan akademik, ekspektasi keluarga, hingga tren sosial media membuat remaja mudah cemas, stres, bahkan depresi.

“Sering kali karena ikut-ikutan, bukan passion sendiri. Makanya saya selalu bilang: ikuti minatmu, jangan paksakan diri,” kata Radina.

Ia juga menyoroti gaya hidup remaja perkotaan yang cenderung instan: fast food, kurang olahraga, tidur tak teratur.

Karena itu, ia bersama rekan-rekannya di komunitas putra-putri remaja Makassar menginisiasi gerakan olahraga bersama. Dari lari pagi hingga badminton, semua digelar untuk mengingatkan remaja pentingnya hidup sehat.

Selempang Bukan Sekadar Simbol

Radina menyadari banyak pihak memandang sinis ajang-ajang duta remaja. “Ada yang bilang cuma selempang, hanya ajang eksistensi,” ujarnya.

Namun baginya, selempang justru panggilan tanggung jawab. “Kalau hanya berhenti di panggung, sia-sia. Tapi jika dimaknai, selempang ini jadi alat untuk membawa pesan positif,” katanya.

Ia bersama komunitas duta remaja aktif menggaungkan slogan: remaja kreatif, remaja menginspirasi. Sosial media menjadi medium utama. “Kita tahu remaja sekarang lekat dengan media sosial. Jadi harus dimanfaatkan untuk hal positif, bukan sebaliknya,” ujar Radina.

Meski kini bermukim di Makassar untuk kuliah, Radina tak pernah melupakan tanah kelahirannya. Ia selalu menyinggung Mamuju dalam obrolannya. Pulau Karampuang, misalnya, menjadi contoh nyata destinasi yang potensial tapi kurang terekspos.

“Keindahannya luar biasa. Hanya 30 menit naik perahu dengan ongkos Rp20 ribu. Tapi belum banyak yang tahu. Saya ingin suatu saat bisa mengangkat tempat ini lebih luas,” katanya.

Rencananya, setelah lulus lima tahun ke depan, Radina ingin kembali ke Mamuju. Ia bermimpi mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan ekonomi kreatif di daerahnya. “Supaya masyarakat bisa mandiri, ekonomi lokal naik, dan identitas budaya tidak hilang,” katanya.

Bagi Radina, generasi muda harus punya pondasi: kepercayaan diri dan kepedulian sosial. Tanpa itu, prestasi akan hampa. “Percaya diri itu ibarat kunci. Tanpa kunci, pintu tidak akan terbuka,” ujarnya.

Kini, aktivitasnya padat. Kuliah, advokasi, kegiatan komunitas, hingga persiapan event remaja seperti Sermada (Sehari Bersama Remaja) di Pantai Losari. Namun, ia tetap menjaga ritme. “Saya percaya kalau kita lakukan hal yang kita suka, semua terasa lebih ringan,” katanya.

Radina Sinja Putri hanyalah satu dari banyak wajah muda Indonesia yang mencoba menolak pasrah. Dari Mamuju ia belajar tentang potensi yang belum terjamah. Dari Makassar ia menemukan ruang untuk tumbuh. Dari panggung duta remaja ia belajar suara bisa jadi alat perubahan.

“Buat saya, ini bukan perjalanan pribadi. Ini tentang bagaimana remaja bisa berdiri tegak, percaya diri, dan memberi dampak,” katanya menutup perbincangan. (*)