Mahasiswa

Rayakan Hari Keluarga Internasional, Ini Makna Mendalam Keluarga di Mata Generasi Z Unhas?




Hari Keluarga Internasional, 15 Mei 2025


Sosiolog dari Universitas Hasanuddin, Dr Nuvida Raf SSos MA menilai bahwa generasi Z cenderung lebih ekspresif dalam menilai dan mengekspresikan rasa terhadap keluarga.

“Mereka mungkin tampak lebih individualis di permukaan, tetapi saat ditanya tentang keluarga, hampir selalu muncul respons yang emosional dan penuh makna,” ujarnya.

Fenomena ini juga terlihat di media sosial, di mana tagar-tagar seperti #MyFamilyMyEverything atau #HariKeluargaInternasional kerap ramai setiap pertengahan Mei.

Unggahan berupa foto bersama orang tua, pesan terima kasih, hingga puisi-puisi pendek kerap dibagikan sebagai bentuk ekspresi cinta.

Namun, tantangan keluarga modern tetap nyata. Perubahan struktur keluarga, kesenjangan antar generasi, serta tekanan ekonomi turut memengaruhi keharmonisan dalam rumah tangga.

Dalam survei yang dilakukan oleh LIPI pada 2022, ditemukan bahwa 1 dari 4 remaja merasa kurang waktu berkualitas bersama keluarga akibat kesibukan masing-masing anggota rumah.

Hal ini membuat inisiatif seperti Hari Keluarga Internasional menjadi penting sebagai pengingat. “Ini bukan hanya soal selebrasi, tapi momen untuk refleksi,” kata Halisya.

Ia mengaku mencoba mengatur waktu agar tetap bisa terlibat dalam aktivitas keluarga meskipun jadwal kuliahnya padat.

Sementara itu, Ivan menambahkan bahwa keberadaan keluarga juga menjadi kekuatan mental di tengah tantangan dunia kampus. “Ketika banyak tekanan, yang saya ingat pertama kali adalah nasihat ibu. Itu yang bikin saya bangkit,” katanya.

Di kampus Unhas sendiri, semangat kekeluargaan tidak hanya terlihat dalam lingkup rumah, tapi juga dalam organisasi dan kegiatan mahasiswa. Banyak dari mereka menyebut komunitas kampus sebagai “keluarga kedua” yang turut membentuk kepribadian dan jaringan sosial mereka.

Peringatan Hari Keluarga Internasional di Unhas tahun ini memang tidak diisi dengan acara besar. Namun, maknanya tetap hidup dalam percakapan, dalam ruang kelas, bahkan di media sosial para mahasiswa.

Mereka berbagi cerita, membagikan kenangan, dan menyampaikan rasa terima kasih—sebuah bentuk penghormatan diam-diam kepada institusi keluarga.

Dalam dunia yang bergerak cepat ini, keluarga mungkin menjadi satu-satunya tempat yang tetap. Sebuah rumah emosional, tempat kembali saat luka dan saat bahagia.

Bagi generasi Z Unhas, keluarga bukanlah konsep yang usang. Ia adalah pelita, bahkan di tengah gelapnya realitas kehidupan.

Dengan memahami makna keluarga dari sudut pandang mahasiswa, kita bisa melihat bahwa nilai-nilai kekeluargaan tidak luntur dimakan zaman. Justru, ia menemukan bentuk barunya—lebih reflektif, lebih inklusif, namun tetap penuh kasih.

(Amina Rahma Ahmad / Unhas.TV)